foto: rakyatmerdeka INDONESIAKININEWS.COM - Pandemi covid-19 atau virus corona menyebabkan harga minyak dunia alami depresi. Akibatnya...
foto: rakyatmerdeka |
INDONESIAKININEWS.COM - Pandemi covid-19 atau virus corona menyebabkan harga minyak dunia alami depresi. Akibatnya harga minyak dunia terkoreksi saat ini.
Namun meski ada penurunan harga minyak di dunia, Pertamina masih belum juga menurunkan harga BBM di Indonesia.
Harga BBM yang dikeluarkan Pertamina masih menggunakan harga global untuk dua bulan kedepan.
Ekonom dari Universitas Gajah Mada, Defian Cori, mengatakan Pemerintah belum harus menurunkan harga BBM di Tanah Air.
Menurutnya harga minyak di dunia masih berfluktuasi walaupun pandemi covid-19 masih terjadi.
"Pemerintah sebaiknya satus quo saja, karena harga minyak dunia saat ini masih terus berfluktuasi." ujar Defian Cori sebagaimana di kutip dari Antara.
Untuk saat ini, Pertamina masih memberikan harga bensin Pertamax sebesar Rp 9.000.
Sedangkan yang termurahnya, Pertamina masih menghargai BBM Pertalite dengan harga Rp 7.650.
Sedangkan POM bensin Shell harga bensinnya masih ada di kisaran angka Rp 9.075 - Rp 9.850.
Sebagai catatan, harga bensin biasanya ditentukan oleh angka oktan yang digunakan atau disebut juga Research Octane Number (RON).
Semakin tinggi Oktan yang dimiliki, maka semakin mahal pula harga BBM yang digunakan.
Pertamina
1. Pertalite : Rp 7.650
2. Pertamax : Rp 9.000
3. Pertamax Turbo : Rp 9.850
4. Solar non Subsidi : Rp 9.400
5. Dexlite : Rp 9.500
6. Dex : Rp 10.200
Shell
1. Reguler : Rp 9.075
2. Super : Rp 9.125
3. V-Power : Rp 9.650
4. Diesel : Rp 9.850
Untuk keduanya, harga diambil berdasarkan penyesuaian harga pada 1 Mei 2020.
Sudah harga BBM tak turun selama pandemi Corona, PT Pertamina (Persero) kabarnya bakal menghentikan penjualan bahan bakar jenis Premium dan Pertalite.
Hal ini terkait pencemaran lingkungan yang menjadi salah satu faktornya
Bukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang menjabat sebagai Komisaris Utama, indikasi penghapusan Premium dan Pertalite diutarakan oleh Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati.
Ia menyatakan, hal ini mengacu pada pembahasan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK lewat keputusan nomor 20 Tahun 2017.
Hal ini membahas soal batas aman penggunaan bahan bakar berdasarkan research octane number atau RON.
"Ada regulasi KLHK, yang menetapkan bahwa untuk menjaga polusi udara, ada batasan di RON berapa, di kadar emisi berapa. Jadi, nanti yang kami prioritaskan adalah produk yang ramah lingkungan," ujarnya, seperti dilansir dari situs Portal Surabaya, Selasa, 17 Juni 2020.
Dalam aturan yang dikeluarkan oleh KLHK, disebutkan bahwa jenis bahan bakar minyak yang masuk dalam klasifikasi ramah lingkungan adalah yang memiliki spesifikasi minimal RON 91.
Dengan kandungan sulfur maksimal 50 particle per million. Sementara untuk BBM mesin diesel, ambang batas terendahnya adalah Cetane Number 51.
Dari berbagai jenis BBM yang dijual Pertamina saat ini, ada tiga produk yang klasifikasinya di bawah dari aturan tersebut.
Yakni Pertalite dengan RON 90, Premium RON 88 dan Solar CN 48.
Nicke juga menyatakan, kini pihaknya masih terus berkomunikasi dengan pemerintah pusat terkait hal tersebut.
Sebab, harga jual BBM menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi masyarakat.
Nicke Widyawati sendiri, adalah Direktur Utama Pertamina yang baru beberapa hari dirombak Menteri Erick Tohir.
Berdasarkan siaran pers yang diterima pada Jumat 12 Juni 2020, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pertamina (Persero) kembali merombak struktur organisasi dan susunan direksi di dalamnya.
Perubahan ini merupakan upaya lanjutan dalam melakukan transformasi serta mendukung pembentukan Holding BUMN Migas.
Penyesuaian tersebut ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang tertuang dalam Salinan Keputusan Menteri BUMN nomor SK-198/MBU/06/2020.
Sumber: zonajakarta