foto: detik INDONESIAKININEWS.COM - Pemerintah diingatkan agar mengantisipasi ledakan emosi rakyat karena kecemasan ekonomi akibat wab...
foto: detik |
INDONESIAKININEWS.COM - Pemerintah diingatkan agar mengantisipasi ledakan emosi rakyat karena kecemasan ekonomi akibat wabah corona atau Covid-19.
Demikian disampaikan peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar dalam rilis hasil penelitian terkait kecemasan yang mulai bergeser dari wabah Covid-19 menjadi kecemasan ekonomi.
Rully Akbar mengatakan, masyarakat lebih mencemaskan kelaparan dan pengangguran sebagai sesuatu yang konkrit dan musuh yang nyata untuk dihadapi.
Sedangkan wabah virus asal Kota Wuhan, China itu, dinilai kebanyakan masyarakat sebagai musuh yang tak kelihatan.
Demikian Rully Akbar dalam keterangan tertulisnya, Jumat (12/6/2020).
“Mereka yang lapar, yang dihalangi kerja, tidak pula menerima bantuan sosial memadai dapat berubah menjadi mereka yang marah,” ungkap dia.
Rully menjelaskan, masyarakat yang lapar dan marah, sangat mudah dipantik untuk memulai kerusuhan sosial.
Di mana krisis kesehatan menjadi krisis ekonomi dan kemudian bisa berubah menjadi krisis sosial dan politik.
“Kesulitan ekonomi publik ini perlu diantisipasi agar tak meledak menjadi kerusuhan sosial,” jelas Rully.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mendampingi Presiden Jokowi meninjau Summarecon Mal Bekasi, Jawa Barat, Selasa (26/5/2020) dalam rangka persiapan penerapan New Normal. ft/antara
Meski demikian, pihaknya mengingatkan, jangan karena ingin menghidupkan ekonomi, justru membahayakan kembali kesehatan masyarakat.
“Gelombang kedua virus tetap harus diwaspadai. Pembatasan sosial perlu dilakukan,” bebernya.
Namun, dalam skala yang lebih kecil, pemerintah harus tegas membuka dan menutup kembali cluster yang rawan penyebaran.
“Protokol kesehatan tetap gencar diedukasi ke masyarakat, dan dikawal semua pihak,” jelas dia.
Karena itu, pihaknya menyarankan pemerintah gencar mengampanyekan protokol kesehatan atau adaptasi kebiasaan baru kepada masyarakat.
Selain itu, pemerintah juga diminta sebanyak mungkin mengajak tokoh masyarakat untuk terus mengampanyekan.
Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengambil data sekunder dari lembaga-lembaga Galup Pol, yang berpusat di Amerika Serikat dan VoxPopuli Center.
Dan mengambil responden sebanyak 240 yang semuanya mahasiswa.
Sumber: pojoksatu