foto: cnnindonesia INDONESIAKININEWS.COM - Kemarahan Presiden Jokowi kepada para menteri dan pimpinan lembaga di Kabinet Indonesia Maj...
foto: cnnindonesia |
INDONESIAKININEWS.COM - Kemarahan Presiden Jokowi kepada para menteri dan pimpinan lembaga di Kabinet Indonesia Maju mengungkap sederet bukti.
Salah satunya adalah, bahwa kabinet Jokowi-Ma’ruf tidak seluruhnya diisi oleh orang-orang berkapasitas mumpuni.
Demikian disampaikan Direktur Indonesia Future Studies (Infus) Gde Siriana Yusuf, Minggu (28/6/2020).
“Reaksi kecewa Jokowi dan juga ketidakpuasan masyarakat atas kinerja kabinet, terutama dalam masa Covid-19 ini, menjadi bukti bahwa kabinet Jokowi bukan diisi oleh orang-orang yang tepat,” ujarnya.
Gde Siriana menyebut, hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang ada di kabinet bukan semuanya orang yang semestinya.
“Kabinet tidak diisi oleh the right man,” sambungnya.
Selain itu, juga seperti membenarkan bahwa kepala negara tidak berdiri absolut saat menyusun kabinet yang akan membantunya bekerja.
Akan tetapi, pemilihan para anak buah Jokowi itu dilakukan atas dasar ‘titipan’.
“Jokowi dalam konteks real politic, tidak memiliki hak mutlak untuk mengangkat menteri. Tetapi berdasarkan kesepakatan dari parpol pengusung,” jelasnya.
Juga semakin menguatkan dugaan, sambungnya, bahwa ada campur tangan pemodal politik.
Yakni mereka yang ikut membiayai perjalanan Jokowi untuk memenangkan pilpres lalu ikut mengintervensi.
“Ada juga sponsor pendana pilpres 2019 yang mengajukan nama-nama menteri, tetapi sebenarnya orang yang diajukan tidak memiliki kapasitas,” katanya.
“Ini sesuai dengan apa yang dikatakan Erick Thohir bahwa Jokowi memilih menteri dari orang yang berkeringat,” beber Gde.
Jika kemudian dilakukan reshuffle lagi, sambungnya, maka dalam dua periode Jokowi selalu ada reshuffle.
Yang artinya, Jokowi tidak punya leadership.
“Selain kerja kabinet tidak efektif karena selalu ada reshuffle, juga para menteri tidak bisa mengikuti arahan Jokowi yang sering berubah-ubah atau dianggap Jokowi tidak punya visi yang jelas,” urainya.
“Atau yang lebih parah lagi, para menteri ini lebih takut kepada parpol atau sponsornya ketimbang takut kepada Jokowi,” pungkas Gde Siriana.
Presiden Jokowi marah-marah dan meluapkan kekecewaannya terhadap jajaran menteri dan pimpinan lembaga terjadi dalam Sidang Kabinet Paripurna yang digelar secara tertutup pada 18 Juni 2020 lalu.
Video itu akhirnya diunggah melalui akun Sekretariat Presiden pada Minggu (28/6/2020) agar bisa dilihat masyarakat luas.
Dalam kesempatan itu, Jokowi menekankan agar semua anak buahnya bekerja dengan luar biasa agar bisa menangani krisi luar biasa ini.
“Jangan biasa-biasa saja, jangan linear. Jangan menganggap ini normal. Bahaya sekali,” tegasnya lagi dengan nada yang terus meninggi.
Bahkan, Jokowi seperti tak bisa lagi menyembunyikan kejengkelannya lagi.
Hal itu terkait sikap anggota kabinet yang seperti tak memiliki perasaan dengan kondisi yang melanda Indonesia saat ini.
“Saya jengkelnya di situ. Ini apa enggak punya perasaan?” heran Jokowi.
Bahkan, orang nomor satu di Indonesia itu terang-terangan bisa saja melakukan perombakan pos-pos tertentu yang dinilai tak memiliki progres signifikan.
“Bisa saja membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle, sudah kepikiran kemana-mana saya,” ancam Jokowi.
Sumber: pojoksatu