INDONESIAKININEWS.COM - Kabar gembira di tengah pandemi corona yang belum juga hilang dari Indonesia menjadi hal membahagiakan. Pasalny...
INDONESIAKININEWS.COM - Kabar gembira di tengah pandemi corona yang belum juga hilang dari Indonesia menjadi hal membahagiakan.
Pasalnya, penyebaran virus Covid-19 masih di angka yang cukup tinggi dari hari ke hari.
Sudah ribuan orang di Indonesia meninggal karena virus corona.
Hingga hari ini, kasus positif corona mengalami kenaikan sebanyak 1.051 kasus dengan total terkonfirmasi sebanyak 47.896 kasus.
Sedangkan pasien meninggal ada 2.535 orang.
Meskipun tak sedikit pula yang berhasil sembuh dari virus tersebut, terhitung data sampai saat ini ada sekitar 19.241 orang.
Dari ribuan pasien positif yang berhasil sembuh itu ada satu pasien yang mendapatkan sambutan meriah dari warga saat kembali pulang ke rumahnya.
Pasien tersebut bernama Setyo Witarto (54), seorang warga Komplek Tani Mulya RT01/RW03, Desa Tani Mulya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat.
Awalnya, Setyo mengikuti tes swab yang dilakukan Dinas kesehatan (Dinkes) setempat di Pasar tersebut.
Sambil menunggu hasil tes, ia kemudian pulang ke rumah untuk beristirahat, namun tak lama, petugas Dinkes Cimahi menghubungi Setyo.
Namun pada saat itu yang menerima telfon anaknya pada Sabtu 23 Mei 2020.
Ketika anaknya menyampaikan hasil tersebut, Setyo dikagetkan dengan hasil tes yang menyatakan bahwa dirinya positif tertular virus corona.
"Pertama saya dapat kabar berita bahwa saya positif, saya dan keluarga shock dan kaget, karena yang positif itu dikatakan aib gimana gitu kan, apalagi gambarannya kalau kena virus mah antara hidup dan mati karena belum ada vaksinnya," kata Setyo, Rabu (17/6/2020).
Padahal sebelumnya pun ia tidak pernah mengeluhkan kendala apapun.
Awalnya, selama dua hari, bapak berumur 54 tahun tersebut melakuka karantina mandiri di rumahnya.
Sampai pada tanggal 26 Mei 2020, Setyo di karantina BPSDM selama berhari-hari.
Selama itu pula lah ia harus berjuang melawan melawan virus tersebut.
"Kalau kena virus ini kaya di penjara dua bulan," ucapnya.
Setelah itu, ia baru merasakan gejala seperti meriang, badan pegal, dan pilek.
Mental memiliki peran penting
"Gejalanya yang saya rasakan memang ringan," ujar Setyo. Selama di karantina, Setyo mengaku harus berjibaku dengan dirinya sendiri.
Ia merasa keadaan mentalnya menurun lantaran ketakutan akan virus yang diberitakan mematikan tersebut.
"Yang paling sakit itu mentalnya," ucapnya.
Bagi Setyo, serangan psikis lebih menakutkan karena bisa menyerang dan menurunkan imun seseorang sehingga ketika telah terpapar, virus ini pun akan sulit di kontrol dan susah untuk menyembuhkan diri.
"Jadi virus ini tak sejahat yang dikira. Pesan dari orang yang terpapar korona dan sembuh lagi. Jadi pertama jangan dijauhi kalau bisa di sambut, di support dengan senang hati karena itu seperti obat bagi orang yang pernah terpapar corona," ungkapnya.
Ia merasa ruangan isolasi dan dirinya di dalamnya sendirian tanpa ada anggota yang menemaninya merupakan pengalaman mencekam.
"Apalagi nunggu hasil swab, apakah positif atau negatif. Nunggu dua minggu saja mentalnya bisa turun, sekurang-kurangnya bisa saja stres dan itu bahaya bisa menurunkan imun sehingga virusnya malah gak bisa ke kontrol," tambahnya.
Untuk menjaga mentalnya tetap stabil, Setyo memilih pendekatan holistik dengan cara mempertebal keimananannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
S. Tribunnews