foto: qubiz INDONESIAKININEWS.COM - Hary Tanoesoedibjo Chairman MNC Group menyatakan bahwa pihaknya optimis bila PT Media Nusantara Ci...
foto: qubiz |
INDONESIAKININEWS.COM - Hary Tanoesoedibjo Chairman MNC Group menyatakan bahwa pihaknya optimis bila PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) akan bertahan meskipun ekonomi dunia khususnya Indonesia terpapar dampak dari pandemi virus corona atau Covid-19.
“Fundamental kuat Perseroan telah terbukti bertahan terhadap lingkungan ekonomi yang lemah. Tanda-tanda awal menunjukkan tren belanja iklan secara keseluruhan yang tidak baik pada tahun 2020, namun, kami sangat optimis bahwa belanja iklan akan meningkat pada kuartal III 2020,” katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (4/5/2020).
Meskipun demikian, diirnya sangat percaya bahwa dengan portofolio aset dan inisiatif yang dimiliki, MNCN mampu menciptakan nilai yang tidak dapat ditiru oleh pesaing kami.
Pendapatan digital dan konten, yang tidak terpengaruh oleh pandemi, akan berkontribusi 35% terhadap pendapatan Perseroan tahun ini.
“Kami masih optimis untuk dapat mencatat pertumbuhan pendapatan, EBITDA, dan laba bersih pada tahun 2020,” pungkasnya.
Sebagai informasi, pendapatan iklan untuk kuartal I 2020 membukukan kenaikan 3% YoY menjadi Rp1,81 triliun dari tahun lalu Rp1,76 trilium.
Iklan digital naik 25% YoY dari Rp159,4 miliar menjadi Rp199,3 miliar pada kuartal I 2020, yang disebabkan oleh peningkatan pendapatan dari media sosial, portal berita, dan RCTI +.
Kemudian, pendapatan iklan non-digital tercatat sebesar Rp1,61 triliun sama dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Ini terjadi karena pembatalan acara olahraga seperti, Serie A, FA Cup, dan AFC karena Covid-19, yang biasanya menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi sementara mengeluarkan biaya yang tinggi juga.
Sementara, pada kuartal I 2019, MNCN menyiarkan Liga Inggris, Liga Champions, AFC, dll selama 3 bulan penuh.
Meskipun terjadi pertumbuhan yang datar dalam iklan non-digital, penting untuk diketahui, EBITDA MNCN masih mencatat pertumbuhan yang kuat sebesar 8% YoY.
Sumber: wartaekonomi