foto: wartaekonomi INDONESIAKININEWS.COM - Mantan Ketua MPR Amien Rais menyoroti konser amal virtual bertajuk ‘Bersatu Lawan Corona’ y...
foto: wartaekonomi |
INDONESIAKININEWS.COM - Mantan Ketua MPR Amien Rais menyoroti konser amal virtual bertajuk ‘Bersatu Lawan Corona’ yang dilaksanakan Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) bekerjasama dengan MPR RI, dab Gugus Tugas Covid-19.
Melalui akun Twitter-nya, pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) itu membagikan tulisan M. Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Keagamaan berjudul ‘Konser Yang Menyinggung Umat Islam’.
“Saudaraku. Mari kt kejar keberkahan di malam2 terakhir ramadan dg khusuk. Infaqkan harta pd fakir miskin dan kaum Mustadh’afin. Tetap ikuti secara ketat protokol kesehatan. Hindari hura-hura di tengah musibah. Smg selalu dalam rahmat Allah swt,” cuit Amien Rais, Senin (18/5/2020).
Sementara itu, Pemerhati Politik dan Keagamaan, Rizal Fadillah mengatakan, konser virtual Corona tidak beradab dan menyinggung umat Islam.
“Pemerintah menyinggung umat Islam yang sedang dipersulit untuk beribadah di masjid. Shalat jum’at dan shalat ied pun ditiadakan. Mudik silaturahmi tidak bisa. Ini malah konser lagi,” kata Rizal Fadillah.
Berikut ini tulisan lengkap Rizal Fadillah yang dimuat RMOL:
Konser Yang Menyinggung Umat Islam
KONSER amal untuk melawan wabah corona tanggal 17 Mei malam terasa janggal. Penyelenggaranya Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) bekerjasama dengan MPR RI, Gugus Tugas Covid 19 dan instansi lain.
Aneh, di tengah kebijakan PSBB dan bulan Ramadhan masih terfikir dan mampu mengadakan konser berskala “kenegaraan”.
Ketua MPR sengaja berkampanye mengajak masyarakat untuk hadir dalam konser virtual.
Di bulan Ramadhan 10 hari terakhir yang dalam keadaan normal umat Islam dianjurkan i’tikaf di Masjid, biasa shalat tarawih berjamaah, tadarus Al Qur’an. Justru kini umat harus hadir menonton konser. Sungguh menyedihkan.
Menurut Pastor Benny Soesetyo Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP konser ini wujud dari pengamalan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Konser “kenegaraan” ini tidak berperi kemanusiaan.
Suasana yang sedang dihadapi adalah keprihatinan. Ketika manusia mempertaruhkan kesehatan dan jiwanya di tengah wabah, masih sempat “nyanyi-nyanyi” terprogram.
Tidak adil, karena hasil donasi sepenuhnya hanya diperuntukkan bagi pekerja seni dan seniman. Itupun dihimpun hanya oleh satu Yayasan saja.
Bagaimana dengan masyarakat terdampak lain seperti ojek, sopir angkot, buruh ter PHK, pedagang kecil yang semua juga mengalami kesulitan yang mungkin lebih parah?
Tidak beradab, karena adabnya urusan dana rakyat siapapun termasuk seniman adalah kewajiban Pemerintah.
Tidak beradab pula di tengah tengah umat Islam beribadah khusyu berburu malam “lailatul qadar” negara justru menyelenggarakan konser bernyanyi.
Kegiatan yang sebenarnya bisa dilakukan setelah bulan Ramadhan.
Pemerintah menyinggung umat Islam yang sedang dipersulit untuk beribadah di masjid. Shalat jum’at dan shalat ied pun ditiadakan.
Mudik silaturahmi tidak bisa. Ini malah konser lagi. Sayangnya Wapres yang Kyai pun bukan mencegah atau menasehati malahan terlibat.
Diagendakan untuk membacakan do’a. Setelah menikmati nyanyi nyanyi.
Kita ini ambivalen antara keseriusan dan kedisiplinan dalam mengatasi wabah di satu sisi dengan relaksasi dan “konserisasi” di sisi lain.
Entah lagu lagu apa yang akan dibawakan mungkin Bimbo membawakan lagu rohani, tetapi artis lainya seperti Rosa, Judika, Ruth Sahanaya, Inul Daratista, Via Vallen, Marion Jola belum terpublikasikan.
Ini konser Corona bukan konser Ramadhan. Jadi acara seperti ini seharusnya bisa dilakukan setelah bulan Ramadhan. Di luar bulan sucinya umat Islam.
Program BPIP ini tidak signifikan, MPR pun terlalu menyederhanakan kegiatan. Seperti kehilangan agenda utamanya sebagai lembaga penting dalam Negara. Meskipun akhirnya rakyat hanya bisa mengurut dada.
Indonesia sedang berduka. Duka lara karena cara mengelola negara yang semrawut alias tidak terencana.
M. Rizal Fadillah
Pemerhati Politik dan Keagamaan
Sumber: