foto: geloranews INDONESIAKININEWS.COM - Dari balik jeruji besi penjara Pondok Bambu, Jakarta Timur, mantan Menteri Kesehatan Siti Fadil...
foto: geloranews |
INDONESIAKININEWS.COM - Dari balik jeruji besi penjara Pondok Bambu, Jakarta Timur, mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menuliskan surat yang ditujukan kepada sahabatnya, dokter Ni Nyoman Indira.
Siti Fadilah kini sedang menjalani hukuman usai divonis bersalah dalam perkara proyek pengadaan alat-alat kesehatan di lingkungan Kementerian Kesehatan tahun 2015.
Dokter Indi mengatakan kepada AKURAT.CO telah menerima surat yang ditulis Siti Fadilah dengan tulisan tangan itu. "Iya saya sudah menerimanya mas," katanya kepada AKURAT.CO, Rabu (13/5/2020).
Dalam surat berjudul Cerita dari Penjara, Siti Fadilah pada intinya ingin mengungkapkan uneg-unegnya menyaksikan negara ini.
Surat itu menggambarkan kegelisahan dengan keadaan negara ini, terutama semenjak muncul wabah Covid-19.
Tanggapan Jubir COVID-19 Soal Masyarakat Usia 45 Tahun ke Bawah Boleh Kerja Kembali
China Akan Izinkan Investigasi di Wuhan, tapi Tidak Dalam Waktu Dekat
"Saya bangga saya di penjara karena suatu prinsip yang harus saya tegakkan untuk kemaslahatan rakyat yang tertindas. Mereka tertindas bukan oleh sesorang,-- misal pemimpin negeri ini,-- Bukan! Tapi mereka tertindas oleh sistem yang berassl dari penjajah baru yang sedikt demi sedikit terbentuklah sistem baru sehingga membuat rakyat menderita seperti sekarang ini. Siapapun presidennya kalau tidak berani merubah sistem tersebut tidak akan mungkin kita berdaulat!" demikian dikatakan Siti Fadilah dalam surat itu.
Di bagian lain, Siti Fadilah mengungkapkan perasaan kesal dan sedih karena hanya bisa menyaksikan perkembangan demi perkembangan negeri ini dari balik tembok penjara.
"Aduh saya kesel saya ada di sini dikungkung tembok penjara yang dingin. Saya tahu apa yang terjadi di luar sana. Penjahat-penjajat tu berulah lagi. Kali ini China yang dikerjain dan juga Amerika. Ketika bulan Agustus 2019 ada jutaan babi yang mati di negeri China saya mengira akan terjadi suatu pandemik. Dan benar pada pertengahan Desember 2019 ada pasien yang diduga terjangkit virus dari kelelawar. Hal ini berlanjut dengan korban yang berjatuhan. WHO datang pada tanggal 30 Januari untuk.menetapkan menjadi PHÈIC (Public Health International Emergency) yang tujuannya tidak jelas. Korban semakin banyak. Virus seperti apa? Tidak ada yang menanyakan. Sesuaikah morphologi virus dengan karakternya yang demikian dahsyatnya? Kemudian WHO menetapkan pandemik dengan dasar yang tidak jelas," kata Siti Fadilah yang kini sudah berhijab.
Siti Fadilah mengaku menangis ketika melihat dunia kehilangan momentum untuk menghindar dari bencana.
Siti Fadilah sudah 3,5 tahun menjalani hukuman di dalam penjara. Tetapi dia menegaskan hal itu tidak pernah mengendurkan semangat untuk cinta bangsa dan negara.
"Oh iya, ada yang berubah,--yaitu saya telah bertambah tua, rambut semakin memutih dan saya sudah berhijab. Dulu saya tidakberhijab karena belum sadar dan sekarang sadar karena lebih dekat dengan Allah SWT, Dialah yang tahu apa yang saya rasakan. Dialah pembimbingku ketika saya bimbang. Indi, dia jaga nyala lilin yang ada dihatiku agar tidak redup tertiup angin. Dia adalah harapan," kata Siti Fadilah.
Dokter Indi ketika diwawancara AKURAT.CO mengatakan Siti Fadilah selalu ingin berkontribusi kepada bangsa ini, meskipun mendekam di penjara.
"Ya itu surat kegelisahan Ibu Siti mas yang diceritakan ke saya mengenai kondisi bangsanya saat ini. Ibu memang selalu ingin berbuat sesuatu untuk bangsanya walaupun dia sendiri sedang di dalam penjara," kata Indi.
Berikut ini merupakan isi lengkap surat Siti Fadilah dari balik jeruji besi tertanggal 13 Mei 2020:
Dear Dokter Indi
Cerita dari penjara
Ass ww
Sudah lama saya tidak berkirim surat kepadamu, bukan karena saya lupa, juga bukan karena saya tidak rindu padamu. Dan juga bukan karena saya kehilangan kata kata untuk bercerita.
Saya masih seperti dulu, kerinduan adalah nafasku, kesendirian adalah degup jantung ku. Kata-kata untuk bercerita adalah aliran darah ku.
Saya tidak pernah ingin apa-apa untuk diriku sendiri, bahkan untuk bebas sekarang. Apa yang harus saya jalani,--saya jalani dengan kemantapan hati.
Indi,
Kalau saya rajawali,-- adalah rajawali yang mampu terbang sendiri.
Yang selalu ada di dalam hatiku adalah lilin yang nyalanya tertiup angin, kadang redup, kadang menyala terang. Nyala lilin itulah harapanku yang tidak pernah padam, yang selalu kumintakan kepada yang Maha Kuasa agar harapanku sesuai dengan kehendak-Nya.
Indi,
saya sudah 3,5 tahun di dalam penjara, semuanya sudah menjadi biasa tidak ada dendam tidak ada penyesalan.
Semangatku masih seperti dulu,--cinta bangsa dan negara tidak pernah surut.
Oh iya, ada yang berubah,--yaitu saya telah bertambah tua, rambut semakin memutih dan saya sudah berhijab. Dulu saya tidakberhijab karena belum sadar dan sekarang sadar karena lebih dekat dengan Allah SWT, Dialah yang tahu apa yang saya rasakan. Dialah pembimbingku ketika saya bimbang. Indi, dia jaga nyala lilin yang ada dihatiku agar tidak redup tertiup angin. Dia adalah harapan.
Indi,
Saya bangga saya di penjara karena suatu prinsip yang harus saya tegakkan untuk kemaslahatan rakyat yang tertindas. Mereka tertindas bukan oleh sesorang,-- misal pemimpin negeri ini,-- Bukan! Tapi mereka tertindas oleh sistem yang berassl dari penjajah baru yang sedikt demi sedikit terbentuk lah sistem baru sehingga membuat rakyat menderita seperti sekarang ini. Siapapun presidennya kalau tidak berani merubah sistem tsb tidak akan mungkin kita berdaulat!
Ya! Seperti sekarang ini kita dalam berbangsa dan bernegara,--.apakah bener kita berdaulat dalam melindungi bangsa dan negara sesuai Preambule UUD 45?
Indi,
Saat ini kita dicekam ketakutan,-- harus takut, harus tunduk, harus tidak bersama, tidak boleh kumpul,--karena ada Corona yang melanda dunia. Yang sangat aneh, cara berpikir ilmiahpun hilang. Semua berdasar opini, asumsi dan katanya.
Aduh saya kesel saya ada di sini dikungkung tembok penjara yang dingin.
Saya tahu apa yang terjadi diluar sana. Penjahat-penjajat tu berulah lagi. Kali ini China yang dikerjain dan juga Amerika.
Ketika bulan Agustus 2019 ada jutaan babi yang mati di negeri China saya mengira akan terjadi suatu pandemik. Dan benar pada pertengahan Desember 2019 ada pasien yang diduga terjangkit virus dari kelelawar.
Hal ini berlnjut dengan korban yang berjatuhan. WHO datang pada tanggal 30 Januari untuk.menetapkan menjadi PHÈIC (Public Health International Emergency) yang tujuannya tidak jelas.
Korban semakin banyak. Virus seperti apa? tidak ada yang menanyakan. Sesuaikah morphologi virus dengan karakternya yang demikian dahsyatnya?
Kemudian WHO menetapkan pandemik dengan dasar yang tidak jelas.
Saya sedih di dalam kamar yang dikelilingi tembok penjara ini.
Saya menangis dunia kehilangan momentum untuk menghindar dari bencana. Ketika dunia tersihir dengan kehebatan response public health yang luarbiasa dari China dan belum pernah ada di dunia.
Sementara itu, WHO yang seharusnya sibuk memadamkan api pandemi, malah ikut nonton response public health yang terhebat di dunia yang ditunjukkan oleh Pemerintah Xi Jìnping itu, bahkan memuji-muji kehebatan China . (Padahal tugas WHO bukan menilai atau memuji)
Saya tidak kaget walau kagum juga dengan kemampuan kedisiplinan China
Saya sedih, saya catat surat untuk Mr. Jìnping di catatan harian saya:
"Mr Jìnping yang terhormat. Ada axioma di dunia ini, bahwa dibalik pandemi selalu ada konspirasi.
Konspirasi itu ada di depan anda sekarang.
Mr Jinping,
Sebuah konspirasi tidak bisa anda jawab dengan public health response ( public health hanya untuk menolong korban)
Anda harus menjawab konspirasi dengan politik, karena Konspirasi adalah politik. Kenapa anda diam saja?
Please jawablah. Anda lebih kuat dan anda mampu cuma mungkin anda tidak tahu siapa musuh anda? Ah saya tahu pasti anda tahu.
Mr Jìnping, gerbang bencana dunia ada disini, tutuplah agar bencana ini tidak mendunia"
Surat itu saya tutup dengan hati yang berdegup,-- pasti bencana akan mendunia
Setelah catatan itu saya tutup, saya hanya bisa menonton bagaimana virus itu menyebar terus, menyebar ke seluruh dunia. Yang lebih menakutkan adalah teror nya ?imana mana .Termasuk di negara kita tercinta.
Indi, tentang pandemi.
Saya inget apa konsekwensinya yang paling parah adalah hilangnya peradaban karena kelaparan, karena kehilangan pekerjaan, karena kehilangan apapun yang tadinya kita miliki.
Predator kekuasan global bergentayangan mencari negara yang kesulitan, yang bangkrut, yang kebingungan. Disinilah kita bisa kehilangan negara kita. Ini dampak pandemi yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup kita berbangsa dan bernegara.
Maka untuk menghadapinya tidak boleh naif dan jangan nurut saja dengan WHO atau dg diapapun elite global. Kallau merugikan bangsa dan negara kita, harus kita lawan.
Indi, ini tulisan ku seri 1 ya,. saya capek karena nulis tangan tanpa meja ha ha. Saya sambung dengan tulisan berseri nanti
Siti Fadilah Supari
* Jakarta, 13 Mei 2020*
Penjara Pondok Bambu
Sumber: akurat