foto: pikiranrakyat INDONESIAKININEWS.COM - Sebuah kabar bahwa klaster dengan kasus penyebaran Virus Covid-19 terbanyak di Indonesia a...
foto: pikiranrakyat |
INDONESIAKININEWS.COM - Sebuah kabar bahwa klaster dengan kasus penyebaran Virus Covid-19 terbanyak di Indonesia adalah klaster pendeta Gereja Bathel Indonesia (GBI) Bandung dan GPIB Bogor beredar di media sosial Facebook.
Dalam kabar tersebut disebutkan bahwa penyumbang angka kasus covid-19 sebanyak 10.000 orang di Indonesia berasal dari virus yang dibawa dari Italia dan Israel.
Kabar itu dibagikan oleh pemilik akun Facebook Rae Chandra, yang dilengkapi dengan narasi sebagai berikut:
“Copas Jokoedy Ternyata Klaster penyebar Covid-19 terbanyak dgn jejaring terbesar di Indonesia adalah 10.000 lebih pendeta GBI & GPIB dari seluruh Indonesia yang bawa covid-19 dari Itali dan Israel,"
Artikel ini sebelumnya telah tayang di Bekasi.Pikiran-Rakyat.com dengan judul "Buron 6 Tahun karena Membunuh Perangkat Desa, YT Pulang Kampung Mengira Kasusnya Ditutup"
"Itu laporan ke pekerja medis pemerintah, tapi kenapa itu tak diberitakan melalui media agar semua jadi waspada demi mengurangi penyebaran lebih lanjut dari kelompok terpapar? Apa terlalu dungu untuk mengerti bahwa resiko dr tak diberitakan nya 10.000 ribu lebih pendeta Kristen dari sabang sampai Merauke yg terpapar itu menjadi kan mrk jadi semacam kelompok ‘silent mass killers’?,"
"Yang di-‘blow up’ di media nasional malah kelompok Islam ‘jamaah tabligh’ yang hanya bbrp orang, diwajibkan kan semua kyai untuk di Rapid Test (semuanya terbukti negatif) dan digaungkannya perintah menutup mesjid dan larangan sholat jamaah di mesjid termasuk di daerah² yg bukan zona beresiko. Tak hanya aneh, tapi juga Ngerii…," tulisnya.
Namun, berdasarkan penelusuran dari laman Turn Back Hoax yang dikelola oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), bahwa kabar terkait klaster penyebaran virus corona terbanyak di Indonesia tersebut merupakan hoaks atau konten yang menyesatkan.
Sebagaimana dikutip dari Mafindo, per 11 Mei 2020 Indonesia telah mengonfirmasi 14.032 kasus.
Namun, diketahui bahwa jumlah pendeta GBI dan GPIB yang positif terinfeksi covid-19 sebenarnya tidak mencapai angka 10.000 orang.
Kegiatan di GBI dan GPIB memang menjadi salah satu klaster awal penyebaran covid-19 di Jawa Barat. Kegiatan itu adalah Persidangan Sinode Tahunan GPIB di Hotel Aston, Bogor pada 28-29 Februari 2020 dan seminar keagamaan GBI di Lembang, Bandung pada 3-5 Maret 2020.
Tapi, dua klaster tersebut bukan satu-satunya klaster dominan dari penyebaran covid-19 di Indonesia.
Persidangan Sinode Tahunan GPIB dihadiri oleh 600 perserta. Saat itu terdapat satu peserta dari Bandar Lampung dan empat jemaat dari Bogor yang dinyatakan positif covid-19, termasuk Wali Kota Bogor Bima Arya.
Sementara itu dalam seminar keagamaan GBI, salah satu pimpinan yang menghadiri seminar itu dinyatakan positif terinfeksi covid-19 dan telah dinyatakan meninggal dunia.
Terkait hal itu, rapid test dilakukan terhadap 637 jemaah GBI, hasilnya adalah 226 orang jemaah dinyatakan positif terinfeksi covid-19.
Di Jawa Barat sendiri, klaster penyebaran covid-19 bukan hanya di GBI dan GPIB, akan tetapi ada dua klaster lain yakni pertama di Seminar Masyarakat Tanpa Riba di Hotel Darmawan Park, Sentul, Bogor pada 25-28 Februari 2020 yang dihadiri oleh 200 orang.
Kedua, musyawarah Daerah Hipmi Jawa Barat di Hotel Swiss-Belinn, Karawang pada 9-10 Maret 2020.
Di luar Jawa Barat masih ada banyak klaster penyebaran covid-19 lain seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Di Jawa Tengah ada klaster Ijtima Gowa yang menjadi salahsatu episentrum penyebaran covid-19 di provinsi itu, sebab ada 1.500 orang yang mengikuti acara yang dibatalkan tersebut.
Di Jawa Timur sedikitnya ada 21 klaster penyebaran covid-19, klaster terbesar ada di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya pada 18-19 Maret 2020 yang menambahkan 81 kasus positif dan klaster pabrik rokok Sampoerna yang menambahkan 65 kasus positif covid-19.
Dari banyaknya klaster yang ada, terbukti bahwa penyebaran covid-19 bisa terjadi di mana saja tanpa melihat agama manapun.
Covid-19 dapat mudah menyebar dalam kerumunan, terlebih jika kerumunan tersebut tidak menerapkan social distancing dan orang-orang tidak menggunakan masker.
Sumber: portaljember