ayosemarang INDONESIAKININEWS.COM - Semenjak virus Corona kian mewabah di Indonesia, tenaga medis mulai membuka suara. Tak hanya ten...
ayosemarang |
INDONESIAKININEWS.COM - Semenjak virus Corona kian mewabah di Indonesia, tenaga medis mulai membuka suara.
Tak hanya tentang betapa beresikonya pekerjaan mereka namun juga tentang efek panjang terhadap masyarakat Indonesia.
Kali ini viral di media sosial surat terbuka dokter Tifauzia Tyassuma untuk Presiden Jokowi soal kasus COVID-19 dan minta untuk lockdown
Seorang dokter bernama Tifauzia Tyassuma menulis surat terbuka untuk Presiden Jokowi.
Tentang kondisi COVID-19 di Indonesia dan minta segera lockdown untuk bangsa ini.
Surat terbuka dokter Tifauzia Tyassuma ditulis pada hari Selasa (17/2/2020) di akun facebooknya dan sampai hari Kamis (19/3/2020) sudah dishare 658 netizen.
Tulisan ini juga disertakan sebuah video cerita pasien dalam pengawasn - PDP COVID-19 yang dibiarkan bebas berkeliaran.
Berikut isi surat dokter Tifauzia Tsyassuma:
YTH Presiden Indonesia
Dan 271 juta Rakyat Indonesia
NASIB DOKTER DAN PETUGAS KESEHATAN DI INDONESIA
Tahukah Bapak Presiden
Dan 271 juta Rakyat Indonesia
Ada pihak paling rentan terhadap COVID 19, dan mereka, saat ini, TERPAKSA mau merawat pasien COVID 19, dengan jumlah kasus, LEBIH DARI YANG DILAPORKAN
Tahukah Bapak Presiden
Dan 271 juta Rakyat Indonesia
Sudah PULUHAN (bahkan mungkin sudah RATUSAN) Dokter, Petugas Kesehatan, dan Staf Rumah Sakit yang SUDAH POSITIF dan atau menjadI SUSPECT COVID-19, di seluruh Rumah Sakit yang ditunjuk, DI JAKARTA, dan di berbagai DAERAH DI INDONESIA, ada Dokter dan Perawat yang sudah meninggal karena COVID 19.
Ada Profesor dan Dokter Spesialis Konsultan yang sudah koma di ICU karena COVID 19. Ada yang dirawat di berbagai ruang ISOLASI dengan pasien yang dirawatnya, ada yang diminta ISOLASI di rumah, karena Rumah Sakit sudah kehabisan tempat isolasi.
Tahukah Bapak Presiden
Dan 271 juta Rakyat Indonesia
Baca Juga: Narasinya Meresahkan, Pelaku Penyebar Video Karyawan PGC Terinfeksi Virus Corona Mengaku Salah Sambil Menangis, Kombes Arie Ardian : Spontan dan Tak Sadar Dampaknya
Karena BPJS, Dokter Spesialis dibayar Rp 6.000 rupiah per pasien per hari, Dokter Umum dibayar Rp 2.000 rupiah per pasien perhari bahkan RESIDEN (CALON SPESIALIS) yang menjadi GARDA TERDEPAN Penanganan COVID 19 ini adalah MARTIR sesungguhnya, dan mereka atas nama Undang-Undang, SESEPERPUN TIDAK DIBAYAR.
Dengan bencana COVID 19 ini, bahkan tak ada sedikitpun insentif tambahan bagi mereka semua ini, yang bekerja 36 jam 48 jam bahkan 72 jam tanpa tidur bahkan melebihi kemampuan nadi dan nafasnya.
Karena itu,
Tahukah Bapak Presiden
Dan 271 juta Rakyat Indonesia
Saat ini sudah ada mulai ada tindakan PENOLAKAN PASIEN COVID 19, dengan berbagai alasan masuk akal, ketersediaan bed (karena harus isolasi maka pasien COVID 19 ini menghabiskan 1 ward sendiri, dan pasien lain jadi kehilangan hak untuk dirawat)
Dan pasien COVID 19 ini BIAYANYA TIDAK DITANGGUNG BPJS!!! Catat itu baik-baik!!!
Tahukah Bapak Presiden
Dan 271 juta Rakyat Indonesia
Apa yang terjadi kalau sampai Dokter dan Petugas Rumah Sakit MENOLAK MERAWAT PASIEN COVID 19?
Pasien COVID A19 akan berkeliaran di jalanan tanpa tahu harus kemana!
DAN ITU SUDAH TERJADI!
Kondisi ini yang justru MENGHARUSKAN #LOCKDOWN dilakukan sesegera mungkin.
Jangan Anda menunggu Jubir menyampaikan jumlah kasus melebihi 1000 baru Bapak umumkan #LOCKDOWN
Baca Juga: Pacaran Online, Siswi MTs di Tasikmalaya Ini Alami Trauma Mendalam Akibat Video Panasnya Tersebar, KPAID: Jumlahnya Tak Terhitung
Saat ini ANGKA RESMI kasus yang dilaporkan per hari Senin 16 Maret 2020 sejumlah 137 kasus. Itu artinya ANGKA RIIL di lapangan adalah sejumlah 3.699 kasus (berdasarkan angka agregat COVID 19 sebesar 27 kali antara kasus yang terperiksa secara aktif dan kasus riil yang tidak diperiksa).
Dengan angka resmi yang dilaporkan, saja, per hari ini Selasa, 17 Maret 2020, jumlah kasus resmi akan sekitar 268 kasus (dengan kasus riil berjumlah 7,836 di luar Rumah Sakit) saja saat ini, Rumah Sakit sudah pasti akan MENOLAK PASIEN!
Tahukah Bapak Presiden
Dan 271 juta Rakyat Indonesia
Dokter di ITALIA dan Jerman dan Perancis dan Inggris mampu menolak pasien, SAMA DENGAN Dokter di Indonesia.
TIDAK SAMA dengan Dokter di Cina.
Kenapa?
Karena kalau sampai Dokter dan Petugas Kesehatan menolak pasien, mereka bisa ditembak! Padahal Pemerintah Cina sudah menggelontorkan dana 20.000 Triliun untuk penanganan COVID 19 ini.
Dokter dan Petugas Kesehatan Rumah Sakit Indonesia saat ini bisa serentak menolak merawat Pasien!
Kenapa?
Karena sejak 5 tahun terakhir dengan penerapan BPJS, mereka ini adalah BURUH KERJA RODI dengan bayaran menyedihkan dan kerja dengan fasilitas terbatas.
Lalu masih ditambah lagi mereka mau BAPAK wajibkan untuk merawat Pasien COVID 19 dengan taruhan nyawa sendiri dan keluarga? NO WAY!
Untuk Bapak ketahui,
Dan 271 juta rakyat Indonesia,
Saat ini, sebagian besar Rumah Sakit di Indonesia menderita bleeding akibat defisit miliaran hingga ratusan miliaran karena BPJS ngemplang bayar.
Untuk menyediakan masker yang layak pakai di Rumah Sakit saja tak ada dana dan kemampuan, bahkan saat ini Para Dokter dan petugas kesehatan terpaksa menggunakan Masker KAIN yang tentu saja sangat tidak aman mencegah COVID 19.
Sementara, sampai dengan hari ke 14 sejak terjadinya Pandemi COVID 19, belum ada satupun berita PEMERINTAH cq Kemkes siap menyediakan dana sejumlah sekian khusus untuk penanganan COVID 19.
Bisakah Bapak bayangkan
Dan 271 rakyat Indonesia bayangkan
Orang yang berstatus Positif COVID 19 akan berkeliaran di jalanan dan rumah.
Mayat-mayat bergelimpangan di Rumah Sakit, di rumah, bahkan di jalanan.
Dan itu SUDAH TERJADI di ITALIA! Negara besar dan kaya raya!
Cobalah sekali ini saja
271 Rakyat Indonesia
Pakailah nalar dan hati nurani Anda semua.
Kalau Anda terjangkit COVID 19, dan TIDAK ADA SATUPUN Rumah Sakit mau merawat anda,
Apa yang akan Anda lakukan?
Tifauzia Tyassuma
Dokter, Penulis
Presiden AHLINA Institute
Pasien berkeliaran?
Dokter Tifauzia Tyassumai juga membagikan sebuah video pasien dengan pengawasan (PDP) di sebuah rumah sakit.
Sang pasien berharap yang menonton video ini tidak ada yang sakit.
"Aku ini PDP, tapi rumah sakit tidak tahu harus bagaimana. Kita bisa dilepas begitu saja. Disarankan untuk ke rumah sakit besar tanpa pengawasan," ujarnya.
"Artinya kalau aku malas ke rumah sakit besar yang ditunjuk itu lalu balik ke rumah dan bergaul dengan tetangga dan Im fine. Lalu bagaimana kalau aku positif? Gak kebayang dampaknya. Kalau di luar negeri kategori PDP tidak dibiarkan berkeliaran sendiri. Di sini kita dibiarkan tidak ada ambulans tak ada pengantaran, danger ngeri deh," pungkasnya.
Sumber: grid