INDONESIAKININEWS.COM - Satu dari lima pasien lima pasien COVID-19 yang berhasil sembuh di Jawa Timur adalah seorang dokter Program Pen...
INDONESIAKININEWS.COM - Satu dari lima pasien lima pasien COVID-19 yang berhasil sembuh di Jawa Timur adalah seorang dokter Program Pendidikan Spesialis (PPDS) Anastesi RSUD dr. Soetomo. Namanya Dokter Markus.
Beruntung, dr Markus langsung diisolasi di RSUD dr. Soetomo dan berhasil sembuh dalam waktu 11 hari setelah dinyatakan positif.
Kepada Radio Suara Surabaya, dia ceritakan kronologi bagaimana dia tertular virus SARS CoV-19.
Bertemu Pasien dalam Pengawasan (PDP)
“Jadi pada hari Rabu 11 Maret, saya jaga di (RSUD) dr. Soetomo. Lalu saya ke WC. Saat keluar, ada pasien yang lewat depan WC, kira-kira 2-3 meter (dari depan toilet).
Pasien batuk-batuk, keliatannya batuk berat. Saya kebetulan tidak pakai masker karena saat itu kasus Covid-19 masih jarang sekali. Saya kurang antisipasi,” katanya.
Merasa Sakit
Pada Jumat 13 Maret Markus merasa sakit. Badannya meriang, tenggorokan gatal, lalu seperti ada cairan di belakang hidung layaknya sakit flu.
Saat itu juga, dia teringat dengan pasien yang dia temui di depan toilet dua hari sebelumnya.
Dia pun menanyakan kepada beberapa tim medis RSUD dr. Soetomo tentang kondisi pasien itu.
“Saya cari tahu, saya dengar dari teman-teman yang lain. Waktu itu hari Minggu (15/3/2020), saya dengar pasien itu suspect Covid-19 dan hasilnya positif.
Lalu saya telepon dr. Pesta (Kepala Humas RSUD dr. Seotomo), saya bilang, kemungkinan saya tertular,” ujarnya.
Dinyatakan Positif
Senin 16 Maret 2020 dr Markus melakukan tes swab untuk mengetahui pasti apakah dia positif terjangkit corona.
Meskipun dia merasa kondisinya semakin membaik. Saat dicek, suhu tubuhnya normal 36 derajat. Hanya saja, suaranya sedikit serak dan tenggorokan agak nyeri.
Hasil pemeriksaan swab Markus keluar sehari setelah tes. Selasa 17 Maret itu, dia mendapati hasil tesnya positif COVID-19.
“Saat hasilnya keluar, saya langsung ditelepon dr Pesta, diminta diisolasi. Di sana saya diobservasi dan diberi obat,” ujarnya.
Tidak Punya Riwayat Penyakit Lain
Di ruang isolasi, dr. Markus mengaku masih bisa beraktifitas normal.
Ia hanya mengonsumsi obat, namun tidak sampai merasa sesak nafas ataupun diiberi infus.
Menurutnya, pengobatan corona bisa berbeda setiap pasien. Tergantung dengan kondisi pasien tersebut.
“Tergantung penyakitnya, menyebabkan pneumonia atau respiratory syndrome atau tidak.
Kebetulan saya tidak ada pneumonia, jadi tidak ada masalah di pernafasan.
Untuk kasus berat mungkin akan terjadi gangguan di paru-paru, dan bisa membaik diatas hari ke-13 dan (sembuh) perlahan-lahan,”
“Mungkin karena saya muda ya (31 tahun) dan tidak ada riwayat diabetes, hipertensi atau perokok, jadi proses penyembuhannya cepat,”tambahnya.
Dinyatakan Sembuh
Pada hari ke-10 isolasi, Minggu 22 Maret lalu, dia merasa kondisinya membaik. Batuk kering yang dia rasakan perlahan-lahan mulai hilang.
Sampai akhirnya Senin (23/3/2020) kemarin, pihak RS meminta dia kembali melakukan tes swab. Pada hari ke-11 itulah, dr Markus dinyatakan sembuh karena hasil tesnya negatif.
Isolasi Mandiri
Setelah keluar dari ruang isolasi, dia meminta untuk melakukan isolasi mandiri di rumah karena dikhawatirkan menjadi carrier (pembawa) virus.
“Istri dan anak tidak ada gejala. Kami diskusi dengan Dinkes Provinsi. Sementara diminta isolasi mandiri dulu, karena mungkin masih ada risiko jadi pembawa virus,” ujarnya.
Atas semua pengalamannya itu, dia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan melaksanakan imbauan pemerintah agar melakukan pembatasan sosial, mengingat tidak semua pasien positif corona merasakan gejala.
“Saya ingatkan lagi, virus Covid-19 ini masih dibawa oleh pasien yang sehat dan tidak ada gejala apa-apa. Namun bisa menularkan ke orang lain, terlebih orang tua yang memiliki hipertensi, diabetes dan lain-lain. Itu yang bisa bahaya,” imbaunya.
Sumber: suarasurabaya