INDONESIAKININEWS.COM - Rencana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok maju pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 lewat jalur indepen...
INDONESIAKININEWS.COM - Rencana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok maju pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 lewat jalur independen batal setelah terkuak eks orang kepercayaannya, Sunny Tanuwidjaja, diduga terlibat perkara suap reklamasi Teluk Jakarta.
Mulanya Ahok hakul yakin maju Pilgub DKI 2017 melalui dukungan satu juta KTP yang dikumpulkan gerakan "Teman Ahok".
Ahok menyebut, Sunny telah menelepon terdakwa suap reklamasi, Mohammad Sanusi, dari dalam ruang kerja gubernur.
"Gue marah besar," kata Ahok kepada tim Majalah Tempo, Rabu, 12 Februari 2020.
Ahok mendengar rekaman pembicaraan itu yang dibuka dalam persidangan perkara suap Sanusi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta Pusat pada 25 Juli 2016.
Kala itu Ahok dihadirkan sebagai saksi.
Dari rekaman sadapan itu, Sunny menanyakan kepada Sanusi mengapa rancangan peraturan daerah tentang reklamasi tak kunjung rampung.
Sebelum terjerat perkara korupsi, Sanusi menjabat sebagai anggota DPRD DKI.
Sejak saat itu hubungan Ahok dan Sunny renggang.
Sunny tak terlihat lagi di Balai Kota Jakarta.
Padahal, Sunny selalu ada kemanapun Ahok pergi.
Sunny diduga menjadi penghubung antara pengembang reklamasi dan Ahok.
CEO Supporting Property Agung Sedayu Group, Richard Halim Kusuma, pengembang pulau reklamasi, kerap menyampaikan pesan ayahnya, Sugianto Kusuma alias Aguan, kepada Ahok melalui Sunny.
Rencana Ahok maju jalur independen lewat gerakan "Teman Ahok" pun berantakan.
Dia memilih maju Pilgub DKI 2017 lewat partai politik.
Tiga parpol resmi mendukungnya, yaitu NasDem, Hanura, dan Golkar. Menurut dia, ketiga partai itu mendukungnya tanpa syarat.
"Syaratnya hanya bangun DKI. Kami harus hargai mereka juga," ujar Ahok di Balai Kota, Rabu 3 Agustus 2016.
Bahkan, setelah keluar penjara, Ahok ogah bergabung ke kelompok pendukungnya yang kini banyak aktif di Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Dia memilih bergabung dengan PDIP.
Staf Ahok Pecah Jadi Dua Kubu
Staf Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terpecah menjadi dua kubu setelah mencuat perkara suap reklamasi Teluk Jakarta dan laporan Majalah Tempo soal dugaan aliran dana ke Teman Ahok pada Juni 2016.
Ahok menyebut satu kubu ada di pihaknya.
Sementara satu kubu lagi ikut eks kaki tangan Ahok, Sunny Tanuwidjaja.
"Pecah, udah kayak musuh-musuhan," kata Ahok kepada tim Majalah Tempo, Rabu, 12 Februari 2020.
Mereka yang merapat ke kubu Sunny Tanuwidjaja adalah Michael Sianipar, Rian Ernest, dan Idris Ahmad.
Ketiganya bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang didirikan Sunny.
Sunny kini menjabat Ketua Dewan Pembina PSI.
Anggota staf lain yang tetap bersama Ahok adalah Sakti Budiono.
Sementara Ima Mahdiah mengikuti Ahok di PDIP.
Laporan Majalah Tempo mengungkap adanya aliran dana dari pengembang reklamasi ke Teman Ahok.
Teman Ahok adalah organisasi yang didesain Sunny bersama Cyrus Network.
Teman Ahok dibentuk untuk mendukung Ahok maju sebagai calon independen dalam pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017.
Salah satu temuan Majalah Tempo, yakni pembelian Toyota Avanza oleh Cyrus untuk mantan anggota staf Ahok, Michael Sianipar.
Michael kini menjabat sebagai Ketua Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DKI.
Ahok kaget setelah membaca laporan Majalah Tempo.
Mantan Gubernur DKI ini lalu memanggil Michael untuk dimintai klarifikasi.
Michael menjelaskan, pembelian mobil itu berasa dari uang pinjaman.
"Mau meminjam uang juga mestinya setahu gue," ujar Ahok dengan nada tinggi.
Hubungan keduanya pun mendingin.
Michael pernah berupaya menjenguk mantan bosnya itu yang mendekam di Mako Brimob Depok.
Namun, Ahok menolak menyambut kedatangan Michael. Michael lalu menitipkan surat.
S : tempo