foto: Ilustrasi INDONESIAKININEWS.COM - Masyarakat saat ini tengah berbahagia karena harga tiket pesawat salah satu maskapai untuk ru...
foto: Ilustrasi |
INDONESIAKININEWS.COM - Masyarakat saat ini tengah berbahagia karena harga tiket pesawat salah satu maskapai untuk rute domestik kembali turun.
Sebelumnya, mahalnya harga tiket pesawat sempat menjadi hal yang menghebohkan.
Kegembiraan tersebut terlihat dari postingan beberapa netizen di sosial media twitter. Salah satunya akun @yuddaardisa.
"Alhamdulillah akhirnya harga tiket pesawat turun juga," tulisnya, Minggu (12/1).
Hal senada juga diungkapkan oleh akun @LYDaerr. "Demi apa tiket pesawat turun harga, biasanya ekonomi 1 jtan lebih. Semoga gini terus sampai Juli, auto terbang aku nemuin papa yebin ????," tulisnya.
Dia juga melampirkan tangkapan layar yang menunjukan harga tiket pesawat rute Pekanbaru- Jakarta dengan harga Rp 600.000 an.
Sementara itu, berdasarkan penelusuran Merdeka.com di salah satu Online Travel Agent harga tiket pesawat rute domestik memang mengalami penurunan.
Misalnya, dari Jakarta ke Yogyakarta kini harganya berkisar antara Rp 300.000 - Rp 400.000. Padahal, sebelumnya harga tiket ke daerah istimewa tersebut mencapai Rp 800.000 an.
Sementara itu, rute Jakarta-Medan yang sempat dikeluhkan banyak orang karena dinilai menjadi terlampau mahal kini turun. Harga tiket kembali menjadi Rp 700.000 an.
Salah satu pengguna moda transportasi pesawat, Lia mengaku senang dengan adanya penurunan harga tiket pesawat tersebut. "Sekarang harga tiket pesawat domestik sudah murah lagi ya, aku syok sekaligus terharu melihatnya. Bisa pulang kampung lagi," ujarnya kepada Merdeka.com.
Sementara itu, saat berita ini ditayangkan, pihak maskapai masih belum memberi tanggapan terkait penurunan harga tiket pesawat tersebut.
Indonesia National Air Carrier Association (INACA) menegaskan bahwa penentuan harga tiket pesawat menjadi hak dari tiap maskapai. Sementara pemerintah hanya berhak menentukan tarif batas atas (TBA) dan tarif batas bawah (TBB).
Adapun wewenang terkait pembahasan tiket pesawat saat ini telah berpindah dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) ke Kementerian Investasi dan Kemaritiman di bawah komando Luhut Binsar Pandjaitan.
Ketua Umum INACA, Denon B Prawiraatmadja coba menceritakan soal pengaturan harga tiket pesawat saat masih berada di bawah kendali Kemenhub.
Menurutnya, domain dari Kemenhub saat itu lebih pada keselamatan penerbangan dan kegiatan operasional yang sesuai dengan international compliance.
"Jadi kalau masalah tarif sebetulnya kembali lagi diserahkan kepada masing-masing airlines. Artinya kalau dirasa perlu untuk mengangkat tarif, diserahkan kembali ke masing-masing airlines. Dalam hal ini ya Kementerian Perhubungan hanya bisa me-regulate tarif batas atas dan tarif batas bawah," jelasnya di Jakarta, Kamis (31/10).
"Selagi ketentuan itu bisa terpenuhi, artinya ya Kementerian Perhubungan sudah melakukan tugasnya. Jadi jangan sampai kita dispute juga domain responsibility dari masing-masing pihak terkait," dia menambahkan.
Sedangkan INACA lebih berperan kepada apa yang sebetulnya menjadi aspirasi dari pihak anggota. Dia menyampaikan, hal tersebut akan coba disampaikan kepada para stakeholders terkait.
"Artinya gini. Kalau saya sebagai pelaku industri, saya menentukan tarif itu ya sesuai dengan apa yang kita pikir, baik memberikan profit bagi perusahaan. Dalam hal ini Kemenhub hanya memberikan aturan sehingga tarif ini tidak terlalu jauh di atas apa yang diharapkan oleh publik, dan tidak terlalu rendah juga apa yang diharapkan oleh publik. Itu yang saya pikir domain masing-masing," paparnya.
Dengan begitu, ketentuan harga tiket pesawat tetap berada di masing-masing maskapai. "Jadi kalau kemudian keberatan dari publik, masyarakat terhadap harga tiket, itu lebih kepada maskapainya," tandasnya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani berharap, pencopotan Dirut Garuda Indonesia akan menjadi momentum untuk mendorong penurunan harga tiket. Paling tidak, nantinya harga tiket diharapkan bisa bersaing seperti di negara lain.
"Ya, kita berharap. Paling tidak menjadi kompetitif. Kalau yang kemarin terjadi itu, yang di rasakan masyarakat, memang tiket itu tidak kompetitif," ujar Hariyadi di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (6/12).
Selama ini, harga tiket di Indonesia tidak seperti negara lain. Di mana, untuk Low Cost Carrier atau pesawat berbiaya rendah biasanya mengenakan harga yang lebih bersahabat dan terjangkau oleh masyarakat.
"Dibandingkan dengan rute yang sama di ASEAN maupun Eropa sama-sama penerbangan 1 sampai 2 jam, kalau bicara LCC kita lebih mahal. Pokoknya di mana tidak ada kompetisi pasti harganya mahal. Kalau ada kompetitor, harga murah," jelasnya.
Harga tiket pesawat mahal membuat masyarakat menderita. Terutama wilayah Indonesia bagian Timur. "Tidak fair lah rakyat dirugikan. Apalagi wilayah timur sangat terganggu banget. Terjadi penurunan kunjungan traveler," tandasnya.
Hariyadi mengatakan, industri pariwisata menyambut gembira pencopotan Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Ashkara atas kasus penyelundupan. Menurutnya, selama ini Ari menjadi salah satu penyebab harga tiket pesawat tak kunjung turun.
"Ini terus terang saya dengan adanya pergantian dirut Garuda ini, saya sebagai Ketua PHRI dari Sektor pariwisata gembira banget. Kita yang komplain paling berat karena dia 'penyebabnya', karena dia menciptakan 'palkan kartel' dia mendikte pasar," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (8/12).
Saat menjadi pejabat Garuda Indonesia, dia menduga, ada tekanan perusahaan pelat merah tersebut terhadap agen penjualan tiket online seperti Traveloka. "Sampai Traveloka dipencet sama dia (Dirut Garuda), segala macam, tidak fair lah," jelasnya.
Ketua Apindo tersebut menambahkan, momentum ini akan menjadi titik awal Menteri BUMN Erick Thohir menyapu bersih orang-orang yang tidak bisa dipercaya membawa BUMN maju. Sebab, BUMN yang tidak bisa diandalkan tidak hanya merugikan industri tetapi juga seluruh rakyat Indonesia.
"Ini mudah-mudahan, ini titik kita membenahi semua itu. Karena ini bicara tidak hanya pariwisata, tapi konektivitas, bicara pertumbuhan ekonomi kita juga. Bayangkan bukan hanya penumpang yang kena masalah, kargo kan juga jadi mahal banget, naik tidak kira-kira. Itu kan ganggu banget," tandasnya.
S. Merdeka