Foto: CNBC INDONESIAKININEWS.COM - Kasus pembina Pramuka mengajarkan yel-yel beraroma SARA kepada murid Sekolah Dasar Negeri Timuran...
Foto: CNBC |
INDONESIAKININEWS.COM - Kasus pembina Pramuka mengajarkan yel-yel beraroma SARA kepada murid Sekolah Dasar Negeri Timuran, Yogyakarta, tidak boleh dibiarkan begitu saja karena dikhawatirkan akan terus terjadi dalam berbagai versi.
Pengamat politik Rustam Ibrahim melalui akun Twitter @RustamIbrahim berharap kepada Presiden Joko Widodo tidak menganggap enteng tindakan semacam itu.
"Jika Presiden @jokowi tetap bungkam, tidak pernah mengkritik sikap intoleran dan diskriminasi berdasarkan SARA seperti ini, dan menganggap masalahnya kecil dan lokal, maka hal-hal seperti ini akan terus berlangsung dalam bentuk dan versi yang lain. Percayalah!" kata Rustam.
Perhatian Jokowi terhadap isu SARA dinilai berbedan jika dibandingkan dengan sikap terhadap isu ekonomi. Dalam isu ekonomi, Jokowi dinilai sangat menaruh perhatian dan aktif memimpin.
"Serta membuat kebijakan dalam bidang ekonomi seperti pembangunan infrastruktur, investasi, deregulasi, dan sebagainya. Tetapi hampir tidak ada kebijakan-kebijakan baru dalam aspek-aspek sosial, politik dan budaya," kata Rustam.
Kecuali bersifat imbauan, menurut pengamatan Rustam, sejauh ini belum melihat ada kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Presiden Jokowi mencakup bagaimana menegakkan keberagaman, menghormati kebebasan beragama, meningkatkan kualitas demokrasi, memberantas korupsi dan penyelesaian kasus-kasus HAM masa lalu.
Rustam mengingatkan tantangan utama masa depan bangsa bukanlah masalah ekonomi. Tetapi memudarnya keberagaman, memburuknya hubungan antar agama dan iman, merosotnya kualitas demokrasi serta HAM dan merajalelanya korupsi.
S. Akurat