Anggota keluarga cendana facebook/Badaruddin Andi Picunang INDONESIAKININEWS.COM - Siti Hediati Hariyadi atau yang akrab disapa Ti...
Anggota keluarga cendana facebook/Badaruddin Andi Picunang |
INDONESIAKININEWS.COM - Siti Hediati Hariyadi atau yang akrab disapa Titiek Soeharto mengingatkan Presiden Jokowi tentang demonstrasi besar pada 1998 silam yang akhirnya menumbangkan Presiden Soeharto. Putri pertama Soeharto itu menganggap pemerintah saat ini perlu berkaca pada 1998.
Titiek mengaku heran mengapa pemerintah saat ini tak berupaya mendinginkan suasana terkait aksi mahasiswa yang digelar sejak Senin lalu (23/9). Menurutnya, pemerintah malah bersikap represif.
Diketahui, pelbagai elemen mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa terkait dengan pelbagai persoalan. Mulai dari kekerasan di Papua, kebakaran hutan, hingga RKUHP dan pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Ribuan orang berkumpul di DPR pada Senin dan Selasa lalu mendesak pemerintah dan DPR membatalkan rancangan aturan yang kontroversial. Selain itu, para petani pun turut berkumpul mendesak agar DPR membatalkan RUU Pertanahan.
Titiek menegaskan bahwa dengan aksi dari pelbagai elemen itu, Presiden diminta untuk berkaca pada peristiwa 1998.
"Pemerintah bisa berkaca dengan situasi 1998. Pak Harto memerintah 32 tahun, kalau mau bisa mempertahankan kekuasaan. Tapi kan ini memikirkan kepentingan yang lebih besar lagi yakni masyarakat," kata Titiek kepada CNNIndonesia.com usai satu simposium di Hambalang, Bogor pada Kamis (26/9).
"Mohon ngaca dari situ," lanjutnya.
Aksi itu membuat sejumlah mahasiswa terluka, salah satunya mahasiswa Universitas Al Azhar yang kritis dan dirawat di RS Pelni.
Dia adalah Faisal Amir. Operasi di kepala dan bahu kanan harus dijalaninya.
Usai aksi mahasiswa, ratusan pelajar pun menggelar aksi unjuk rasa di depan DPR pada Rabu (25/9). Polisi pun berulang kali menembakkan gas air mata untuk membubarkan aksi.
Titiek mengatakan demo kali ini tidak boleh dianggap main-main karena dilakukan oleh pelbagai elemen. Dia juga meminta Presiden untuk memerintahkan kepolisian untuk tak bersikap represif ke mahasiswa.
"Jangan merepresi dan menekan mahasiswa," tutur mantan politisi Golkar itu.
Sejauh ini, kepolisian menangkap mahasiswa di beberapa daerah yang diduga terlibat kericuhan. Termasuk di Jakarta.
Polda Metro Jaya sempat mengamankan 94 mahasiswa pada Selasa lalu (24/9). Mereka ditahan untuk menjalani pemeriksaan.
Terkini, Polda Metro Jaya telah memulangkan 56 mahasiswa. Masih ada 38 lagi yang masih ditahan pihak kepolisian.
Penahanan mahasiswa juga dilakukan Polda Jawa Barat. Sebanyak 64 mahasiswa ditangkap. Mereka semua lalu dipulangkan kembali kecuali 4 orang mahasiswa yang diduga positif mengonsumsi narkoba. Keempat mahasiswa itu telah ditetapkan sebagai tersangka.
S: cnnindonesia.com