INDONESIAKININEWS.COM - Sejumlah pemimpin gereja ditangkap setelah dituding mengurung orang-orang gelandangan dan memaksa mereka men...
INDONESIAKININEWS.COM - Sejumlah pemimpin gereja ditangkap setelah dituding mengurung orang-orang gelandangan dan memaksa mereka mengemis untuk kemudian diambil uangnya.
Para korban dilucuti dokumennya termasuk surat keterangan untuk menerima bantuan pemerintah dan diancam akan 'dihukum' bila buka mulut.
Imperial Valley Ministries (IVM) mengoperasikan sekitar 30 kelompok gereja afiliasi di AS dan Meksiko.
Puluhan pemimpin kelompok gereja tersebut ditangkap pada hari Selasa (10/9), sementara yang di California mantan pendeta Imperial Valley Ministries Victor Gonzalez, ditahan di San Diego.
Sebelas lainnya ditahan di El Centro, California, dan Brownsville, Texas. Para terdakwa dijerat dengan dakwaan konspirasi, kerja paksa, mendokumentasikan perbudakan, dan penipuan.
Kelompok gereja tersebut menipu para korban dengan tampil seakan-akan sebagai penolong.
Mereka memikat korban dengan menjanjikan makanan, tempat tinggal, dan peluang untuk kehidupan yang lebih baik.
"Surat dakwaan itu menuduh penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat gereja yang mengerikan memangsa para tunawisma yang rentan dengan janji-janji tempat tidur dan makanan hangat," kata jaksa utama, Jaksa AS Robert Brewer, dilansir dari laman BBC, Kamis (12/9/19).
"Para korban ini ditawan, dilucuti dari sarana keuangan mereka yang sederhana, identifikasi mereka, kebebasan mereka dan harga diri mereka," lanjutnya.
Berdasarkan laporan, mereka dikurung dan jendela-jendela gereja dipaku sehingga tidak dapat dibuka.
Mereka dipaksa mengemis 9 jam sehari dan tidak ada apa pun yang dapat dibaca selain Alkitab.
Hukuman bagi yang melanggar beragam, termasuk tidak tidak diberi makan. Para pelaku juga tidak memberikan obat kepada mereka yang sakit.
Kejadian ini terungkap setelah salah satu korban melarikan diri dengan memecahkan jendela. Semua korban telah diidentifikasi dan sekarang bebas, layanan dukungan juga telah disediakan untuk mereka.
sum: akurat.co ( Reuters)