INDONESIAKININEWS.COM - Tentara Nasional Indonesia masih mengkaji informasi yang mengatakan taruna Akademi Militer Enzo Zenz Ellie teri...
INDONESIAKININEWS.COM - Tentara Nasional Indonesia masih mengkaji informasi yang mengatakan taruna Akademi Militer Enzo Zenz Ellie terindikasi menjadi simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia.
Isu ini kemudian menjadi konsumsi politik. Sejumlah perspektif dilontarkan politisi lewat media sosial.
Politikus Ruhut Sitompul melalui Twitter @ruhutsitompul menyimpulkan panitia seleksi telah kecolongan.
Dia minta yang terlibat dalam kasus mengaku saja.
"Mengaku sajalah siapa-siapa yang bertanggungjawab dengan lolosnya Enzo karena mau berargumentasi apapun Panitia Seleksi Penerimaan Siswa Akademi Militer sudah Kecolongan, tolong dijaga nama baik TNI yang sangat harum dimata rakyat Indonesia," kata dia, hari ni.
Sedangkan politikus Teddy Gusnaidi melalui akun Twitter @TeddyGusnaidi menilai tidak terlalu sulit menangani kasus Enzo.
Kalau terbukti, kata dia, yang bersangkutan langsung diberhentikan saja.
"Kasus Enzo mudah, lihat rekam jejak dia selama ini, kalau pro khilafah, langsung dipecat. Gak perlu lagi ditanya, kalau ditanya, pasti jawabannya setia sama NKRI, karena dia butuh pekerjaan. Kalau dia mengaku sudah sadar, tetap dipecat, karena itu bukan jaminan," katanya.
Sementara itu, juru bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, menilai Enzo merupakan korban stigma dan konstelasi politik. Dia menyoroti pendapat sejumlah tokoh yang justru ikut menuduh.
"Bagi pendidik sejati, dosen, guru dan lain-lain, melihat kasus dan tuduhan terhadap Enzo, pasti miris, dan tertantang untuk mendalami dan membantu Enzo, bukan justru ikut menuduh, karena Enzo adalah korban dari stigma, dan konstelasi politik. @mohmahfudmd @dennyindrayana @sosmedbw," katanya.
Dahnil mengatakan prihatin bila anak-anak muda yang karena keterbatasan pengetahuan dan pengalamannya, kemudian menjadi korban stigmatisasi dengan berbagai tuduhan.
"Padahal menjadi adalah tugas negara, masyarakat terdidik, pendidik untuk membina. Kita bisa kehilangan masa depan bila tak merangkul mereka," kata dia.
Pancasila, katanya, produk dialog. Ada kebesaran hati (berkurban), nalar yang sehat untuk bersatu di tengah perbedaan. Dialetika adalah wataknya. Nalar sehat adalah ruhnya, kata Dahnil.
sumber: akurat.co