foto: Tribun Medan INDONESIAKININEWS.COM - Profesor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris menuntut Presiden Joko W...
foto: Tribun Medan |
INDONESIAKININEWS.COM - Profesor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris menuntut Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk tegas dalam menyelesaikan masalah intoleransi.
Kritik Syamsuddin Haris ini disampaikan saat melihat pembubaran ibadah yang dilakukan Satpol PP di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau pada Minggu (25/8/2019).
Dalam video yang dibagikan akun twitter @Spicai81 itu terlihat beberapa wanita histeris saat ibadahnya dihentikan di tengah jalan oleh sekelompok aparat Satpol PP berseragam.
Para wanita tersebut pun sempat berdebat dengan aparat Satpol PP saat ibadah mereka dihentikan di tengah jalan.
Bahkan salah seorang wanita hingga menangis histeris dan sujud kepada Satpol PP agar mereka bisa tetap melanjutkan ibadah.
“Kejadian di Riau 25 agustus 2019, alangkah baiknya biarkan mereka menyelesaikan ibadah dulu? Kenapa belakangan ini indonesia jauh dr kata tolenransi? @habibthink,” tulis akun tersebut.
Video tersebut pun viral dan ikut dikomentari oleh Profesor Riset bidang perkembangan politik Indonesia Syamsuddin Haris.
Haris meminta komitmen Presiden Jokowi dalam menyelesaikan kasus intoleransi yang kerap terjadi di Indonesia.
“Pak @jokowi, sampai kapan negara ini membiarkan umat yang beribadah menurut agama & kepercayaan dipersekusi bahkan diperlakukan sebagai kejahatan, sehingga harus dilarang,” tulis Haris di akun twitternya @sy_haris pada Selasa (27/8/2019).
Padahal kata Haris, seharusnya mereka dilindungi oleh konstitusi untuk menjalankan ibadah sesuai keyakinan masing-masing.
“Bukankah konstitusi kita menjamin kebebasan beragama & beribadah sesuai keyakinan masing2?” tanya Haris.
Video tersebut ternyata pertama kali dibagikan oleh akun Facebook Joshima Castillo.
Dalam video utuh yang dibagikan itu terlihat seorang pendeta tengah berbicara di bawah tenda biru seadannya.
Namun di pertengahan tiba-tiba saja sekelompok pria berseragam Satpol PP potong pembicaraan pendeta tersebut.
Si pendeta pun memohon kepada aparat tersebut untuk memberinya kesempatan menyelesaikan ibadahnya terlebih dahulu.
“Kita ibadah bapak, nanti Pak setelah ibadah baru kita bicarakan,” kata pria tersebut.
Pengguna Facebook tersebut pun menyayangkan diskriminasi yang kerap diterima minoritas dalam menjalankan haknya untuk beribadah.
“Dimana nurani kalian?berapa lama lagi kami merasakan ketidakadilan bahkan sekedar beribadah pun kalian usir??
Kami tidak membanding-bandingkan betapa nikmatnya kalian beribadah sedangkan kami harus merasakan pedih seperti ini?Saya yakin kalian semua orang beragama.
Sejatinya orang beragama memiliki cinta kasih lantas dimana cinta kasih itu?kalau kalian sendiri memperlakukan sesama dengan semena-mena.Hanya bisa mendoakan semoga Tuhan mengampuni apapun yang sudah kalian lakukan,” tulis akun tersebut.
sumber: wartakota.tribunnews.com