TEMPO/Yohanes Paskalis INDONESIAKININEWS.COM - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan menerbitkan aturan baru yang khusus melarang...
TEMPO/Yohanes Paskalis |
INDONESIAKININEWS.COM - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan menerbitkan aturan baru yang khusus melarang praktik diskon tarif transportasi online seperti ojek online (ojol) dan taksi online.
Langkah ini dilakukan karena praktik diskon tarif ini dianggap merusak industri dan sebaiknya diskon disediakan oleh perusahaan lain, bukan aplikator itu sendiri dalam hal ini Gojek dan Grab, dua aplikator transportasi online di Indonesia.
Meski demikian, rencana aturan ini juga mendapatkan respon negatif dari masyarakat yang biasanya menggunakan ojek online. Mereka menilai biasanya diskon dimanfaatkan untuk menghemat ongkos perjalanannya.
Insan (31) yang biasanya bekerja memanfaatkan kereta dan ojek online merasakaan dampak akibat penyesuaian tarif. Jika diskon ojek online pun dilarang, maka akan semakin memberatkannya.
Bahkan dia memilih untuk membawa motor pribadi dari rumahnya di Tangerang Selatan (Tangsel) menuju kantornya di daerah Mampang, meski harus menerjang kemacetan.
Biasanya dari stasiun Palmerah menuju Mampang tarifnya Rp 10 ribu, setelah ada penyesuaian tarifnya Rp 16 ribu per sekali jalan, belum lagi ketika jam sibuk. Dengan diskon biasanya Insan merasakan sedikit penghematan sedikit. Jika diskon pun dihapuskan maka ongkosnya semakin mahal.
"Jakarta macet, menguras tenaga. Ojol tuh solusi banget karena cepet, relatif murah, gak capek. Tapi kebijakan pemerintah yang ini malah menutup solusi itu," kata Insan kepada CNBC Indonesia.
Sementara Yoli (27) karyawan, yang harus bekerja dari Cileungsi ke Jakarta, membutuhkan ojol untuk kemudahan transportasi.
Biasanya menuju tempat bis dia menggunakan ojol dengan tarif Rp 15 ribu, setelah penyesuaian tarif menjadi diatas Rp 20 ribu.
Menurutnya terlalu mahal tarif diatas Rp 15 ribu untuk jarak dekat.
"Mungkin pilihannya ke Transjakarta, kalau naik ojol juga mahal dan ga ada diskon lagi," katanya.
Sementara Annisa (26) yang juga bergantung pada ojol untuk mobilitas sehari-hari, juga merasakan beratnya penyesuaian tarif.
Bahkan dia sampai mengirimkan motornya dari Solo, supaya tidak lagi bergantung pada Gojek ataupun Grab.
Dari Kemanggisan ke Kuningan dari yang semula Rp 20 ribu-an, menjadi Rp 31 ribu, padahal di luar jam sibuk. Untuk itu dia memilih untuk membawa motor pribadi ketimbang terdampak mahalnya ojek.
sumber: CNBC Indonesia