INDONESIAKININEWS.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan defisit neraca perdagangan pada bulan April 2019 sebesar US$ 2,5 mili...
INDONESIAKININEWS.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan defisit neraca perdagangan pada bulan April 2019 sebesar US$ 2,5 miliar defisit ini mencetak rekor terburuk dalam sejarah NKRI.
Sebelum ini defisit terburuk tercatat sebesar US$ 2,3 miliar yang dibukukan pada bulan Juli 2013.
Buruknya defisit Indonesia membuat rupiah tanpa pijakan untuk bangkit, dan kemungkinan semakin terpuruk di sisa perdagangan hari ini.
Sejak pekan lalu rupiah tertekan akibat perang dagang jilid II antara Amerika Serikat (AS) dengan China.
Pada bulan April 2019, ekspor Indonesia tercatat US$ 12,6 miliar atau turun 13,1% year on year.
Sedangkan impor mencapai US$ 15,10 miliar atau turun 6,58%.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias negatif 6,2% year-on-year (YoY), impor turun 11,36% YoY, dan neraca perdagangan defisit US$ 497 juta.
Selain itu BI juga melaporkan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) kuartal-I 2019 sebesar 2,6% dari produk domestik bruto (PDB).
Defisit tersebut membaik dari kuartal-IV 2018 sebesar 3,6% PDB, tetapi masih lebih besar dari defisit kuartal-I 2018 2,01%.
Performa buruk rupiah terjadi selepas Pilpres 17 April lalu. Sehari pasca pencoblosan, rupiah memang sempat menguat ke level Rp 14.040, namun setelahnya terus mengalami tekanan.
Sejak saat itu hingga hari ini Mata Uang Garuda sudah melemah 2,82%, bahkan sempat tidak pernah menguat dalam 10 hari beruntun hingga 7 Mei lalu, dan hanya menguat tiga kali dalam 18 hari perdagangan terakhir.
Sumber: cnbc Indonesia