INDONESIAKININEWS.COM - Mantan Ketua Mahkamah Konsitusi (MK) Mahfud MD memberikan peringatan pada pembawa acara TV One yang coba memo...
INDONESIAKININEWS.COM - Mantan Ketua Mahkamah Konsitusi (MK) Mahfud MD memberikan peringatan pada pembawa acara TV One yang coba memotong pernyataannya.
Hal ini dikemukakan Mahfud MD saat menjadi narasumber di acara Kabar Petang, Senin (29/4/2019).
Diketahui, melalui wawancara itu Mahfud sedang berada di Jogja dan dilakukan secara sambungan telepon.
Ia ditanya seputar pernyataannya di Metro TV yang mengatakan soal provinsi "Garis Keras".
"Dengan pernyataan prof di salah satu stasiun televisi swasta waktu itu ada yang mengatakan prof ingin memberikan labelisasi terhadap pihak tertentu yang arah politiknya yang kecendurangn politiknya bertolak belakang dengan petahana," tanya pembawa acara ke Mahfud MD.
Mahfud MD lalu menjawab awal mula dirinya menyatakan hal tersebut.
"Begini ya, wawancara itu kalau agak maju sedikit dari potongan tadi, maju lima detik saja di situ ada pertanyaan pak bagaimana sekarang kalau kita melakukan rekonsiliasi? Maka saya jawab ini tujuannya rekonsiliasi," jawab Mahfud.
"Sekarang rekonsiliasi kan belum ada hasil pemilunya, tapi kita berpedoman sementara pada hasil situng, pada hasil quick count."
"Kalau berdasarkan hasil quick count saya sendiri meyakini sudah selesai. Artinya kemenangan itu sudah selesai secara quick count meskipun secara hukum belum resmi dan itu sulit dibalik."
Atas dasar itulah, Mahfud mengatakan soal kemenangan capres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi).
Namun, kemenangan itu tidak untuk provinsi yang dikenal agamis.
Berbeda dengan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto yang menguasai daerah agamis.
"Berdasarkan itu saya mengatakan Pak Jokowi menang tapi supaya diingat harus rekonsiliasi, kenapa? Karena sebaran kemenangan Pak Jokowi itu ternyata di tempat-tempat yang kita kenal tidak terlalu panas secara agamis, maka saya katakan bahwa Pak Prabowo itu menang di tempat-tempat yang dulunya, dulunya itu menjadi daerah panas untuk keagamaan."
"Daerah yang garis keras dalam agama, oleh sebab itu mereka harus dirangkul. Dirangkul dalam rangka apa? Bersatu. Agar tidak menjadi pembelahan agama, apa salahnya ini? Enggak ada salahnya."
Saat memberikan pernyatan itu, pembawa acara memberikan respons balik.
"Baik," ujar pembawa acara.
Merasa perkataannya akan dipotong, Mahfud lalu meberikan peringatan.
"Entar dulu, biar anu, baru Anda tanya nanti," ujar Mahfud.
Mantan ketua MK ini lalu melanjutkan pernyataannya soal garis keras.
"Saya katakan garis keras, tapi di media sosial itu saya dibilang radikal. Bahwa di Aceh di Sulawesi di mana ekstrim, enggak ada," tutur Mahfud.
"Coba tadi Anda lihat ada enggak? Enggak ada. Garis keras itu bagus, saya juga garis keras. Garis keras itu artinya fanatik dan kesetiaan yang tinggi, tapi tidak radikal. Saya bilang Madura garis keras bagus. Garis keras itu punya prinsip tidak mau didikte," tambah Mahfud.
sumber: tribunnews.com