IndonesiaKiniNews.com - Sosok Frantinus Nirigi, terperiksa kasus informasi palsu bom di pesawat Lion Air, menjadi kontrovesi di dunia maya....
IndonesiaKiniNews.com - Sosok Frantinus Nirigi, terperiksa kasus informasi palsu bom di pesawat Lion Air, menjadi kontrovesi di dunia maya.
Kemungkinan, Nirigi yang berbicara cepat dengan logat Papua, menyebabkan salah persepsi.
“Saya harap orang hanya salah dengar. Dia sebetulnya baik,” kata dosen pembimbing Nirigi, Pardi, dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura, Pontianak, 29 Mei 2018.
Hingga berita diturunkan Nirigi masih diperiksa aparat Kepolisian Resor Kota Pontianak.
Dia diduga menyebutkan ada bom di pesawat, Senin malam 28 Mei 2018. Beredar viral bahwa Nirigi sebenarnya tidak pernah menyebut kata ‘bom’.
Nirigi penerima beasiswa dari pemerintah daerah Papua.
Beasiswa hanya ditanggung sampai lima tahun perkuliahan saja.
Sedangkan Nirigi menamatkan kuliahnya hingga tujuh tahun.
Hampir sempat drop out, Nirigi pun berhasil diwisuda tahun lalu.
Pardi yakin, dia mengumpulkan dana terlebih dahulu untuk kembali ke kampung halamannya.
“Dia asal Wamena, katanya masih empat jam lagi dari Jayapura,” tambah Pardi. Ongkos pulang kampung bisa mencapai Rp10 juta.
Setelah tidak lagi ditanggung beasiswa, Nirigi harus membiayai kuliah dan biaya hidupnya sendiri.
Kepada Pardi, Nirigi bercerita bekerja serabutan.
Bahkan sempat melakoni pekerjaan sebagai kuli di pelabuhan Pontianak.
Hal ini yang mendasari Pardi yakin ada kesalahpahaman pada kasus informasi bom dalam tas yang dibawanya di Lion Air.
Di Pontianak, Nirigi tinggal bersama teman-temannya dari Papua yang juga mendapatkan beasiswa. Lokasinya di Kecamatan Pontianak Barat.
“Saya berharap dia bisa dibebaskan. Orangnya baik,” kata Pardi.
sumber: tempo.co