IndonesiaKiniNews.com - Serangkaian aksi keji pengeboman di Surabaya beberapa hari yang lalu membuat publik heboh. Pasalnya, pelaku pengebo...
IndonesiaKiniNews.com - Serangkaian aksi keji pengeboman di Surabaya beberapa hari yang lalu membuat publik heboh.
Pasalnya, pelaku pengeboman tersebut adalah satu keluarga.
Terhitung ada tiga keluarga yang diketahui terlibat dalam aksi tersebut.
Yakni pada kasus pengeboman di tiga gereja, ledakan bom di Sidoarjo dan yang terakhir bom bunuh diri di depan Mapolrestabes Surabaya.
Semua pelaku dari kasus tersebut adalah satu keluarga.
Meski begitu, anak-anak yang ikut terlibat dalam kasus tersebut tak bisa lantas disebut sebagai pelaku.
Meski begitu, anak-anak yang ikut terlibat dalam kasus tersebut tak bisa lantas disebut sebagai pelaku.
Mereka yang masih di bawah umur tentunya tak akan melakukan aksi keji tersebut tanpa doktrin dari orangtua mereka.
Hal tersebut akhirnya dapat menjadi acuan bahwa para anak tersebut hanyalah korban.
Baru-baru ini,terungkap pesan misterius dari anak dari teroris Dita Oepriarto yang tewas dalam ledakan bom bunuh diri di Gereja Santa Maria tak Bercela.
Putra Sulung Dita Oepriarto itu ternyata sempat memberikan pesan tersirat mengenai rencana kepergiannya dari dunia ini.
Hal itu diketahui dari unggahan terakhirnya di akun media sosial miliknya.
Dalam akun Instagram anak sulung Dita itu, terlihat potret sebuah pemandangan yang diambil dari dalam kelasnya.
Dibatasi jendela ruang kelas, anak sulung Dita itu memotret pemandangan luar kelas yakni terdapat beberapa bangunan.
Foto yang dihasilkannya pun terlihat bagus dengan pencahayaan yang pas.
Tak hanya mengunggah potret itu, anak sulung Dita itu pun menuliskan caption singkat yang kemudian disinyalir sebagai pesan sebelum dirinya melakukan aksi pengeboman bersama keluarganya.
So much
won't leave it
(Sangat tidak ingin meninggalkannya)
Unggahan tersebut menjadi misterius karena caption yang dituliskan anak sulung Dita itu seolah menandakan perpisahan.
Sedangkan menurut guru sekolahnya, Suwardi, anak Sulung Dita itu masih kelas 11 dan tak ada rencana ingin pindah sekolah.
Misteri itu pun yang kemudian mengulik rasa penasaran jurnalis Kompas tv, Aiman Witjaksono.
Dilansir dari tayangan Kompas tv, meskipun singkat, unggahan tersebut rupanya memiliki makna mendalam bagi anak sulung Dita.
Karenanya, Aiman pun mengonfirmasi hal tersebut kepada Kepala Bagian Psikolog Polda Jawa Timur, AKBP Said Rivai.
Dalam tayangan tersebut, Said Rivai menuturkan bahwa memang benar ada pesan yang ingin ia sampaikan sebelum kejadian nahas itu terjadi.
Said Rivai juga menjelaskan kondisi yang dialami anak sulung Dita pada saat mengunggah potret itu adalah sedang dalam keadaan tertekan.
Hal tersebut memicu dirinya untuk meluapkan rasa tersebut melalui media lain.
"Di sini terlihat, seseorang yang mengalami peristiwa seperti ini (anak sulung Dita), maksudnya merasa akan diajak melakukan sesuatu dan tak bisa mengungkapkan itu biasanya mengirimkan pesan tersamarkan.
Dia (anak sulung Dita) ini mengalami tekanan, karena dia harus merahasiakan hal itu (rencana pengeboman), biasanya kalau orang diminta menjaga rahasia, tekanan (yang dirasakan) semakin besar," ujar Said Rivai.
sumber: tribunnews.com