IndonesiaKiniNews.com - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, meminta warga Turki untuk menukar tabungan mata uang asing Euro atau Dolar AS...
IndonesiaKiniNews.com - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, meminta warga Turki untuk menukar tabungan mata uang asing Euro atau Dolar AS ke mata uang negara, Lira.
Lira, yang telah jatuh sekitar 20 persen tahun ini, mencapai nilai terendah 4,93 poin terhadap dolar AS pada Rabu, sebelum bank sentral Turki menaikkan suku bunga utamanya dengan tiga poin persentase menjadi 16,5 persen dalam upaya untuk membantu menstabilkan mata uang Turki.
Penaikkan suku bunga darurat ini untuk membantu mengurangi beberapa kerugian dan ditindaklanjuti oleh bank sentral yang mengatakan bahwa langkah ini akan memungkinkan beberapa utang mata uang asing untuk dibayar kembali mata uang liar untuk menstabilkan lira.
Erogan menyampaikan penukaran mata uang asing ke lira saat berbicara di hadapan pendukungnya di kota Erzurum pada Sabtu, satu bulan sebelum pemilihan presiden Turki.
"Saudara-saudaraku yang memiliki dolar AS atau Euro di bawah bantal mereka. Pergi dan tukar uang Anda menjadi lira. Kami akan menggagalkan permainan ini. bersama," ujar Erdogan seperti dilaporkan Aljazeera, 27 Mei 2018.
Ankara menganggap jatuhnya lira adalah konspirasi kekuatan asing yang tidak disebutkan namanya untuk melemahkan Turki.
Menurut para ekonom, apa yang telah dialami oleh lira Turki tidak berbeda dengan mata uang dengan negara berkembang lainnya.
"Tetapi mereka menekankan bahwa ekonomi Turki memiliki beberapa masalah struktural, seperti utang luar negeri yang tinggi di atas US$ 450 miliar atau Rp 6.354 triliun, dan akumulasi utang mata uang asing untuk sektor swasta," papar pengamat ekonomi Sinem Koseoglu.
Perdana Menteri Turki, Binali Yildirim, pada Jumat kemarin mengklaim ada manipulasi untuk melemahkan lira, apalagi menjelang menjelang pemilihan umum.
Erdogan pada Rabu mengatakan dia tidak akan membiarkan jenis pemerintahan global merusak negara dan mengatakan kejatuhan lira tidak mencerminkan realitas ekonomi.
Sementara Faik Oztrak, wakil ketua partai oposisi utama Turki Partai Rakyat Republik (CHP), mengatakan kejatuhan lira dipengaruhi kebijakan presiden tehadap manajemen ekonomi dan darurat militer dicabut untuk menjamin kebebasan publik dan bank sentral Turki bisa menggunakan alat kebijakan fiskalnya secara bebas.
sumber: tempo.co