IndonesiaKiniNews.com - Dosen tetap Program Studi (Prodi) Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sum...
IndonesiaKiniNews.com - Dosen tetap Program Studi (Prodi) Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) Nurlela Ketaren menangis dan mengaku sakit.
Dosen yang biasa dipanggil Nuke ini tak menyangka, pemberitaannya, tentang pengakuan sejumlah mahasiswa yang menuduhnya kerap meminta makanan saat proses pengurusan dan penyelesaian skripsi, booming.
"Aku lagi sakit ini, hantam kau punya berita itu. Dari tadi malam aku enggak bisa tidur-tidur gara-gara berita kau itu. Sudah kubilang pun sama kau, enggak ada itu (meminta kepada mahasiswa), tetap juga diberitakan. Jadi, hebohlah semua mahasiswaku. Alumni juga heboh. Makanya aku enggak bisa lagi apa-apa," ucap Nurlela Ketaren melalui sambungan telepon, Senin (21/5/18).
Suara Nurlela Ketaren terdengar parau. Berkali-kali ia terisak-isak menahan tangis.
"Malu kali aku, kau buat. Berdering semua telepon masuk nanya apa ini. Kan, jadi payah kali kurasa. Sudah kumat darah tinggiku. Jantungku sudah berdebar-debar. Makanya takut kali aku mati," tambahnya.
Atas kasus yang menimpanya, kemarin pagi, Nurlela Ketaren disidang Dekan FISIP USU Muryanto Amin untuk menanyakan seputar munculnya pemberitaan dugaaan ia meminta sesuatu kepada mahasiswa.
Ia mengaku, disuruh menceritakan kronologi persoalannya dengan mahasiswi, yang mengaku "dipalak" untuk membelikan makanan kalau ingin bertemu.
"Barusan pun pulang aku ini. Kan, kami rapatlah di kantor (terkait) berita itu. Semua dekanlah. Saya enggak merasa ada meminta-minta. Jadi, tadi sudah diklarifikasi sama semuanya. Saya disuruh dekan datang lagi Rabu bersama mahasiswanya. Waktu rapat tadi, dibikinlah kronologi ceritanya sama dekan untuk diteruskan ke rektor," ujar Nurlela Ketaren.
Berdasar kronologi, yang ia sampaikan di hadapan para dekan dan Ketua Prodi Administrasi Bisnis FISIP USU Profesor Marlon Sihombing, selain membantah meminta makanan dan pakaian, ia juga menyalahkan mahasiswi.
"Kronologi ceritanya sudah ada pada Profesor Marlon. Beliau yang marah sama mahasiswa itu. Aku mana ada marah, dan enggak ada masalahnya samaku. Waktu itu kusuruh memperbaiki skripsi. Semuanya mahasiswa diperbaiki skripsinya, dan dia sudah diluluskan," ujarnya.
Ia menambahkan, mahasiswa yang disuruh merevisi skripsi oleh ketua penguji merupakan hal yang lumrah dalam perkuliahan.
"Mahasiswinya ini pun ada aneh-anehnya. Aku, kan, enggak pembimbingnya, aku penguji. Masalah skripsi dan nilai, karena mahasiswa sudah enggak datang-datang lagi, diambil alih sama Profesor Marlon. Kan, waktu itu saya sakit dan dirawat," ujarnya.
Kemarin, usai disidang, Nurlela Ketaren mengaku, dapat nasihat dari Muryanto. Ia mengatakan, Dekan FISIP itu memintanya tidak terlalu memikirkan permasalahan itu, dan segera beristirahat.
"Tadi saya dinasihati dekan. Hadapi dengan kepala dingin. Jangan tergopoh-gopoh. Ibu sekarang pulang dan tidur. Jangan lihat-lihat lagi WA (WhatsApp) ibu. Tambah banyak orang berkomentar, ibu jadi down dan tambah sakit. Itu kata dekan tadi samaku," ucapnya.
Da, saat menjadi ketua penguji, kemarin, Nurlela Ketaren mengaku, masih ada mahasiswa yang membawakannya roti, namun ia menolaknya.
"Roti Suan's dikasih mahasiswa samaku. Seperti hari ini, ada juga yang ujian. Dibawanya juga roti samaku. Aku enggak ada minta. Tadi sudah kutolak. Jadi, tadi kubilang sama mahasiswa, nanti kau bilang pula kami minta, padahal enggak ada diminta. Kau bawa samamu, makan kau punya roti itu," ujarnya.
"Sekarang sudah dibikin ketentuan, tidak boleh ada pemberian dari mahasiswa. Tapi, mahasiswanya selalu bawa makanan. Sudah 38 tahun aku mengajar, aku yang mendirikan FISIP itu," ujarnya.
sumber: tribunnews.com