IndonesiaKiniNews.com - Faizal Assegaf jadi sorotan karena cuitannya yang menyebut dugaan keterlibatan kader PKS dengan aksi terorisme di In...
IndonesiaKiniNews.com -Faizal Assegaf jadi sorotan karena cuitannya yang menyebut dugaan keterlibatan kader PKS dengan aksi terorisme di Indonesia.
Latar belakang Faizal pun dipertanyakan oleh Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera.
"Jejak PKS dalam reformasi jelas. Sikap PKS di 2019 juga jelas. Dibandingkan dengan seorang individu yang, monggo, dinilai sendiri latar belakangnya," ujar Mardani kepada wartawan, Selasa (22/5/2018).
Merespons pernyataan Mardani, Faizal blak-blakan soal latar belakangnya. Faizal mengatakan dirinya sebagai salah satu mantan aktivis gerakan reformasi '98 bersama sejumlah rekan lainnya.
"Latar belakang saya, saya warga negara Indonesia (WNI). Saya mantan aktivis '98 bersama Adian Napitupulu, Anas Urbaningrum. Bisa dilihat rekam jejak saya sebagai aktivis '98," ujar Faizal saat berbincang dengan detikcom, Selasa (22/5/2018).
"Saya satu-satunya aktivis '98 yang masih hidup di rumah kontrakan di bawah SUTET di daerah Jakarta Timur. Saya tidak pernah melakukan pencurian uang negara, tidak pernah ada cacat kriminal, bebas bersuara, dan menjadi rakyat biasa," lanjutnya.
Faizal menjelaskan alasannya tinggal di rumah kontrakan.
Dia ingin menjadi warga negara yang bebas dan tidak terikat apa pun. Bahkan terikat dengan partai politik.
"Ada beberapa partai politik besar mengajak saya (bergabung), tapi saya memilih jadi rakyat biasa. Tinggal di kontrakan, kerja sebagai wiraswasta," jelasnya.
Selain itu, Faizal berbicara soal pandangannya terhadap Islam. Dia mengaku masih dalam satu keluarga dengan Nahdlatul Ulama (NU).
"Pandangan politik saya Islam moderat. Saya berasal dari rumpun keluarga NU. Sepupu saya pernah menjadi Ketua GP Anshor Muhammad Iqbal Assegaf," kata Faizal.
Pernah berkiprah sebagai aktivis, Faizal pernah bersama-sama sejumlah ulama mendirikan Presidium Alumni 212.
Bahkan Faizal ditunjuk langsung oleh imam besar FPI Habib Rizieq untuk merancang organisasi tersebut.
Namun sayang, tak berapa lama berjalan, tujuan Presidium Alumni 212 tidak sejalan sesuai dengan rencana.
Faizal mengatakan banyak kegiatan Presidium Alumni 212 ditunggangi kepentingan politik, khususnya dari PKS.
"Saya bersama Ustaz Sambo dan ustaz lainnya mendesain satu organisasi yang transparan, terbuka, diikat oleh solidaritas. Atas dasar moral dan murni perjuangan moral. Tapi pasca-Pilkada DKI, gerakan Presidium Alumni 212 berpotensi ditunggangi kepentingan politik. Prinsip gerakan superdamai untuk menghendaki keadilan ditunggangi oleh kepentingan politik praktis," kata Faizal.
"Saya melihat di sana ada kepentingan PKS yang bermain menjadikan gerakan Presidium Alumni 212 murni gerakan moral agama menjadi satu konsolidasi politik jelang 2019," lanjutnya.
Akhirnya, pada Februari 2018, Presidium Alumni 212 menonaktifkan Faizal. Hal itu lantaran pernyataan soal sosok Habib Rizieq.
Konflik antara Faizal dan PKS tak berhenti saat dia masih bergabung dengan PA 212. Lewat Twitter, dia menyebut kader PKS terlibat dalam aksi bom di 3 gereja di Surabaya.
"Mestinya Polri & pemerintah bertindak tegas, awasi kantor PKS di seluruh Jawa Timur. Selidiki dugaan keterlibatan kader & loyalis PKS atas teror bom Gereja Surabaya. Jangan lengah, sikap nyinyiran mereka di medsos telah memicu aksi teroris makin agresif bertindak biadab," cuit Faizal pada 13 Mei 2018. Dilihat pada Selasa (22/5/2018) hari ini, tweet itu masih ada.
Atas cuitan-cuitan tersebut, Faizal dilaporkan PKS ke Polda Jatim. Dia dilaporkan dengan dugaan pencemaran nama baik dan ujaran kebencian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3) jo Pasal 27 ayat (3) dan/atau Pasal 45A ayat (2) jo Pasal 28 ayat (2) UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Faizal kemudian balik melaporkan sejumlah elite PKS ke Ditreskrimsus Polda Metro Jaya pada Senin (21/5/18).
Laporan Faizal teregister dengan nomor TBL/2743/V/2018/PMJ/Dit.Reskrimsus tertanggal 21 Mei 2018. Adapun elite-elite PKS yang dilaporkan adalah Presiden PKS Sohibul Iman, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, eks Presiden PKS Anis Matta, Fahri Hamzah, pengelola akun Twitter PKS, dan beberapa kader PKS serta Hilmi Firdausi.
sumber: detik.com