IndonesiaKiniNews.com - Saya mengamati sejumlah postingan dengan gegap gempita mendukung pengakuan AS bahwa Jerusalem sebagai ibukota Isra...
IndonesiaKiniNews.com - Saya mengamati sejumlah postingan dengan gegap gempita mendukung pengakuan AS bahwa Jerusalem sebagai ibukota Israel yang mengutip banyak ayat Injil.
Glorifikasi juga dikumandangkan dengan narasi latar belakang bangsa Yahudi yang berhak atas tanah di Israel.
Tidak dapat dinafikan bahwa sejarah itu benar. Namun mereka yang menyanjung Israel setinggi langit melupakan fakta sejarah.
Israel hanya bisa berdiri karena keinginan bangsa Eropa yang ingin Yahudi direlokasi ke Afrika, Argentina atau Palestina Wilayah terakhir ini kemudian dipilih.
Dalam pembentukan Israel, teroris-teroris Yahudi menteror, membantai dan mengusir bangsa Arab dari tanahnya sendiri.
Teroris itu memakai acuan sejarah bahwa dataran Kan'an dan sekitarnya adalah tumpah darah mereka.
Ini yang ditutupi kalangan pro Israel yang memposting glorifikasi mereka yang dibungkus dengan nafas kekristenan.
Gaya demikian sama.derajatnya dengan kalangan pro Palestina yang memandang konflik Israel-Palestina adalah konflik Islam dan Yahudi. Jadi dua-duanya sama-sama koplak.
Kita memandang bahwa konflik Israel-Palestina adalah tragedi kemanusiaan. Israel menindas rakyat Palestina.
Bukan bangsa Yahudi menindas Islam. Kebrutalan Israel nyaris sama dengan Hitler yang kita kenal sebagai penjagal manusia yang paling sadis.
Dunia internasional telah menggariskan bahwa two state solution adalah jalan terbaik untuk menyudahi konflik di wilayah itu.
Namun harus jujur diakui jalan ke arah itu sangatlah sulit. Negara-negara Arab yang menjadi garda depan tidak mampu menyelesaikan konflik ini karena berbagai faktor. Namun jelas,mereka tidak akan mengakui Jerusalem.sebagai ibukota Israel.
Meskipun sulit , masih tersisa harapan.Bagaimanapun Arab, Eropa dan negara diberbagai belahan dunia menolak mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Jadi dalam konteks ini, Israel dan AS justru terkunci.
Apapun langkah AS memanfaatkan PBB bakal berhadapan dengan negara-negara yang juga punya hak veto di Dewan Keamanan.
Dan Israelpun tidak bisa berbuat apa-apa. Dunia internasional juga bisa memanfaatkan sidang majelis PBB yang bebas dari Veto untuk menuju pada pengakuan Palestina sebagai negara berdaulat.
Lihat proses bagaimana bendera Palestina berkibar di markas PBB dan pengakuan status Palestina sebagai pengamat non negara. Artinya, kekuatan moral bisa membuahkan hasil.
Disinilah peran Indonesia menjadi penting dalam memperjuangkan nasib rakyat Palestina.
Penolakan luas dunia terkait Jerusalem dapat memupuk optimisme bahwa penindasan Israel atas rakyat Palestina bisa dihentikan lewat solidaritas yang kuat.
Kekuatan moral memungkinkan Palestina berdiri sebagai sebuah negara berdaulat yang berdampingan dengan Israel.
Sementara itu, dunia internasional, termasuk Indonesia juga harus menekan Hamas dan Al Fatah untuk berdamai hingga perlawanan rakyat Palestina atas penindasan Israel bisa lebih efektif lagi.
Inilah yang harus menjadi fokus dalam mendukung perjuangan Palestina melawan pendudukan Israel. Bukan malahan menutup mata akan kenyataan yang ada.
Glorifikasi Jerusalem sebagai Ibukota Israel dengan menceritakan latar belakang sejarah bangsa Yahudi adalah sebuah kemunafikan.
Sikap itu menafikan fakta bahwa ada genosida yang tengah dilakukan Israel sampai sekarang ini. Jadi sulit dimengerti ada pihak-pihak yang menyembunyikan fakta tragedi kemanusiaan ini diantara jejeran ayat-ayat Injil dan tagar kekristenan dalam postingan mereka.
Bagi saya, ini adalah kemunafikan yang menjijikkan.
Sumber: akun FB Budi Setiawan