IndonesiaKiniNews.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno ogah menyalahkan pedagang kaki lima (PKL) sebagai penyebab utama semrawutny...
IndonesiaKiniNews.com -Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno ogah menyalahkan pedagang kaki lima (PKL) sebagai penyebab utama semrawutnya Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Sandiaga justru menuding pejalan kaki sebagai dalang utama kemacetan serta kacau balaunya Tanah Abang.
Sandi menyebut pejalan kaki yang membludak di kawasan strategis perdagangan itu menjadi faktor kedua penyebab macet setelah pembangunan jalan yang ada di sekitar Tanah Abang.
"Tadi setelah dilihat pakai drone, kesemrawutan itu adanya karena pejalan kaki yang keluar dari stasiun Tanah Abang," kata Sandi di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (6/11/17).
Sementara, kata Sandi, PKL yang memenuhi trotoar justru tak terlalu memengaruhi semrawutnya aktivitas di kawasan tersebut.
Jumlah PKL di Tanah Abang disebut Sandiaga tidak terlalu banyak ketimbang para pejalan kaki.
"(Penyebabnya) Pejalan kaki itu. PKL di Tanah Abang tidak banyak, coba bandingkan dengan di Lokbin, di Kota Tua jumlahnya jauh. Jadi bukan PKL penyebab utama," kata dia.
Kawasan Tanah Abang kembali menjadi sorotan setelah kesemrawutan jalan di sekitar stasiun kembali terlihat.
Pada era Joko Widodo masih menjabat Gubernur DKI, PKL Tanah Abang di trotoar dipindah ke Blok G Pasar Tanah Abang.
Namun, setelah merasa sepi pembeli, para PKL itu kembali memenuhi trotoar.
Akibatnya, para pejalan kaki yang seharusnya berjalan di tempat yang seharusnya menjadi hak mereka itu kesulitan bergerak, dan terpaksa berjalan di bahu jalan.
Dampak semrawutnya salah satu kawasan niaga terpopuler se-Indonesia ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memercayakan kepada Sandi untuk menatanya kembali sehingga tertib.
Atas dasar itu, Sandi pun berencana membuat terobosan dengan menggunakan konsep permanen untuk mempercantik kawasan Tanah Abang.
Namun hingga kini konsep tersebut belum dia sosialisasikan karena masih memerlukan kajian serta data pasti terkait penyebab utama kemacetan.
"Ya nanti, sekarang kita masih kaji," kata dia.
Alasan pejalan kaki yang menurut Sandi telah membuat kawasan jadi semrawut itu tak diterima oleh warga, salah satunya yang disampaikan Fatia (22).
Mahasiswa jurusan komunikasi di salah satu universitas negeri di Jakarta ini menyatakan, justru PKL yang menyebabkan kesemrawutan di kawasan Tanah Abang.
Dia sering kesulitan berjalan lantaran banyaknya pedagang yang berjualan di atas trotoar yang semestinya diperuntukan untuk pejalan kaki.
Dia merasakan hal berbeda saat era gubernur sebelumnya. Ketika itu, trotoar Tanah Abang kembali ke fungsi semula, yakni khusus pejalan kaki.
"Susah yah, sampai harus sikut-sikutan, karena jadi sempit. Pernah yah Tanah Abang enak banget karena nggak ada gerobak jualan, sekarang penuh lagi," kata Fatia kepada CNNIndonesia.com.
Serupa dengan Fatia, salah satu pejalan kaki, Panji (24) juga mengaku hal yang sama. Meskipun tak setiap hari menggunakan jasa transportasi Commuter Line, karyawan swasta itu menyebut kerap kesulitan berjalan di trotoar lantaran semakin banyaknya PKL.
"Saya pernah ngerasain era gubernur sebelumnya, itu pedagang nggak banyak di trotoar, enak jalannya. Sekarang susah lagi jalan enak di trotoar. Istilahnya pejalan kaki rebutan trotoar sama pedagang," kata dia
Sumber: cnnindonesia.com