IndonesiaKiniNews.com - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai tingkat keterpilihan atau elektabilitas Joko Widodo sebagaimana...
IndonesiaKiniNews.com - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai tingkat keterpilihan atau elektabilitas Joko Widodo sebagaimana tercermin dalam survei Saiful Mujani Research Center (SMRC), masih terbilang rendah.
Fadli Zon menyatakan itu sebagai perbandingan atas elektabilitas Jokowi berdasarkan survei SMRC, dengan elektabilitas Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte di negara masing-masing.
Berdasarkan survei terbaru SMRC periode 3-10 September, dukungan atau elektabilitas Jokowi mencapai 38,9 persen.
Angka itu jauh di atas pesaingnya dalam Pilpres 2014 yang juga Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto, yang hanya meraih 12,0 persen.
Sebagai petahana, Fadli Zon menilai angka itu terbilang rendah dibandingkan petahana di negara lain.
"Kalau menurut pendapat pribadi saya itu rendah, kalau kita lihat negara-negara lain itu tinggi. Putin itu bisa di atas 70 persen elektabilitasnya. [Sekitar] 60-70 persen. Durterte saja 80 persen," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat(6/10).
"Jadi kalau sekarang di sini, 36 persen itu kecil sekali untuk seorang incumbent. Biasanya [petahana] di atas 50 persen elektabilitas. Jadi menurut saya rendah. Artinya itu masyarakat memang menginginkan pemimpin baru," ucapnya menambahkan.
Mengomentari elektabilitas Prabowo, Fadli Zon menyatakan hal itu tak akan mempengaruhi dukungan partai terhadap mantan Danjen Kopassus itu.
Fadli menyatakan survei SMRC adalah indikator saja, namun tak mencerminkan kenyataan sehingga tak perlu dipersoalkan.
Wakil Ketua DPR itu mengatakan, menurunnya elektabilitas Prabowo juga sesuatu yang wajar mengingat yang bersangkutan belum melakukan kampanye.
"Saya melihat dalam keadaan pak Prabowo relatif tidak banyak berkeliling berkampanye dan memang belum ada itu, itu angkanya(elektabilitas) masih masuk dalam dua besar. Artinya kan harapan orang terhadap beliau juga masih tinggi," ujar Fadli.
Sebaliknya, keunggulan Jokowi dinilai Fadli lantaran statusnya saat ini sebagai Presiden Indonesia sehingga menjadi pusat pemberitaan.
"Ya, bisa bikin apa saja. Tapi, kalau yang lain-lain, calon-calon atau bakal calon, apakah Pak Prabowo atau mungkin juga ada calon-calon lain kan belum bekerja," Fadli menuturkan.
Survei SMRC mengambil sampel dari 1220 responden yang dipilih secara random (multistage random sampling) dengan menggunakan metode wawancara tatap muka. Responden yang dapat diwawancarai secara valid sebanyak 1057 atau 87 persen.
Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih. Margin of error dari survei sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95%.
Sumber: cnnindonesia.com