IndonesiaKiniNews.com - Terkait kontroversi Partai Komunis Indonesia (PKI), Emha Ainun Najib atau Cak Nun ikut memberikan penjelasannya. &qu...
IndonesiaKiniNews.com -Terkait kontroversi Partai Komunis Indonesia (PKI), Emha Ainun Najib atau Cak Nun ikut memberikan penjelasannya.
"Jadi, siapa duluan yang membunuh?" katanya, dalam sebuah tanya jawab yang beredar luas di media sosial.
Dia menyorot kasus 1948 dan 1965.
Dia minta semua mempelajari sejarah bangsa ini.
"Jadi, kalau dua kampung berseteru, satu dibunuh, yang lain ikut membunuh karena kalau tidak saya membunuh, saya akan dibunuh," katanya.
Dia menyatakan, di kala terjadi banyak penculikan dan pembunuhan oleh PKI, dia memang tiap hari membawa pedang karena bapaknya akan diculik dan dihabisi PKI demikian juga yang akan terjadi pada Cak Nun.
"Namaku, dulu, masih Muhammad, tapi supaya tidak Islam nemen (terlalu), tak (aku) ganti jadi Emha," katanya.
Yang menarik, dalam tanya jawab ini, Cak Nun membuka tentang fakta bahwa keturunan PKI ada di mana-mana dan tidak ditolak bekerja bahkan ada yang diterima dalam kedudukan terhormat sebagai staf Presiden.
"Pertanyaannya, apakah keturunan PKI itu dibunuhi? Ndak toh, diterima tidak sebagai bangsa Indonesia? Diterima, bisa kerja, bahkan keturunannya jadi staf Presiden, tingkatnya tinggi," katanya tanpa merinci siapa staf tersebut.
Apa yang disampaikan Emha tersebut akan mengingatkan tudingan yang sempat dilontarkan oleh Alfian Tanjung.
Terus, kata Emha, kalau PKI menuntut karena menjadi korban, terus apakah yang umat Islam yang jadi korban keganasan PKI menuntut juga.
"Kalau diteruskan, tidak akan selesai," katanya.
Kalau soal dibunuh, Emha mengakui dirinya sudah berkali-kali mau dibunuh.
"Sayangnya yang membunuh tidak berhasil," katanya, meski mengakui pembunuhan itu memang hampir menghilangkan nyawanya karena dibuat sakit, tapi tetap gagal.
Emha menyatakan, tahu siapa yang akan membunuh dia dengan berbagai cara itu.
Sumber: tribunnews.com