Halimah Yacob dan ibunya. (Foto:Facebook Halimah Yacob) IndonesiaKiniNews.com - Presiden Singapura terpilih, Halimah Yacob (63), memiliki...
Halimah Yacob dan ibunya. (Foto:Facebook Halimah Yacob) |
IndonesiaKiniNews.com - Presiden Singapura terpilih, Halimah Yacob (63), memiliki latar belakang kehidupan yang menarik. Ia berasal dari keluarga yang sangat sederhana, bahkan bisa dibilang miskin.
Sejak berusia delapan tahun, Halimah kecil telah ditinggal mati oleh ayahnya, lelaki keturunan India muslim yang bekerja sebagai satpam.
Maka sejak saat itulah hanya ada satu orang tua yang mengasuh dan membesarkan Halimah dan keempat kakaknya, yakni ibunya.
Ibu Halimah bernama Maimun Abdullah dan berasal dari etnis Melayu. Ia sehari-hari bekerja sebagai penjual nasi padang.
Halimah masih ingat betul, dulu Maimun sempat berjualan nasi padang dengan menggunakan gerobak kecil secara ilegal sebelum akhirnya berjualan secara menetap setelah pemerintah Singapura melegalkan dan memberi tempat bagi usahanya itu.
Halimah juga masih sangat ingat sewaktu kecil ia sering membantu Maimun berjualan nasi padang. Ia membatu mencuci piring, membersihkan dan merapikan meja, hingga melayani pelanggan.
Maka, sewaktu Maimun meninggal di usia 90 tahun pada 11 September 2015 lalu, Halimah pun merasa sangat kehilangan. Ia bahkan mendeskripsikan masa berkabung itu sebagai “momen tersedih dalam hidupnya”.
Minyak Angin Ibunda
Ada banyak hal lainnya yang Halimah ingat dari sosok ibunda, salah satunya adalah soal minyak angin Cap Kapak yang disimpan oleh ibunya.
Kini, Halimah pun meneruskan kebiasaan ibunya itu.
Ia selalu menyediakan dan menyimpan minyak angin yang dipercaya memiliki manfaat sebagai obat tradisional itu. Ada nilai di balik minyak angin sang ibunda.
"Dia (ibu saya) bekerja sangat keras, tidak pernah menyerah, sangat tangguh, jarang jatuh sakit dan kapan pun dia sakit, dia akan menggunakan minyak angin Cap Kapak. Ibu saya terkenal dengan minyak angin Cap Kapak-nya, dia membawanya ke mana pun dia pergi,” cerita Halimah, sebagaimana diberitakan Today Online bulan lalu.
Obat tradisional --yang dipakai Maimun- yang hanya berupa minyak angin itu menyiratkan ketangguhan dan kesederhanaan seorang perempuan Melayu yang bagi Halimah, memiliki pengaruh luar bisa terhadap hidupnya.
"Karena kesulitan yang harus dia lalui ... motonya dalam hidup adalah 'jangan pernah bilang mati, jangan pernah menyerah'. Jadi itu, saya pikir, membekas (pada diri saya) cukup dalam," ujar Halimah.
Meneladani Nilai-Nilai Ibunda
Halimah menggambarkan ibunya yang seorang janda itu sebagai pilar kekuatan bagi dirinya dan empat saudara kandungnya.
"Ibu saya sangat tabah. Dia tidak pernah mengeluh, tidak pernah menangis. Dia tidak berkubang dalam rasa kasihan terhadap diri sendiri, dia tidak, terus terang, menunjukkan banyak kelemahan. Dia wanita yang sangat kuat," papar Halimah.
Halimah mengatakan dirinya sangat terinspirasi pada sosok ibundanya itu.
Ia berusaha untuk menerapkan nilai-nilai hidup sang ibu ke dalam pekerjaannya.
Ia ingin menjadi pelayan publik yang menerapkan nilai-nilai luhur sang ibunda.
"Pendekatan ibu saya adalah jika seseorang meminta pertolongan, kau tidak bisa menolaknya ... saat aku melayani, aku memikirkan orang-orang dulu. Dalam pelayanan publik, (jika) anda tidak menyukai orang-orang, anda tidak bisa masuk ke sana, tidak mungkin,” terang Halimah.
Sumber: kumparan.com